Benarkah Pesantren “Pro Kekerasan”?

bullying pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan agama tradisional yang telah lama dipercaya oleh masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang mampu mencetak para santri menjadi seorang cendekiawan dan memiliki standar karakter berkualitas. Namun, saat ini dunia pesantren sedang banyak dipertanyakan oleh masyarakat, apakah pesantren saat ini masih mampu mencetak generasi unggulan seperti dulu atau tidak? Mengingat banyaknya berita miring yang terjadi di lingkungan pesantren, hingga memunculkan stigma negatif di sebagian masyarakat terhadap dunia pesantren.

Sebagaimana yang telah banyak diketahui oleh khalayak, akhir-akhir ini dunia pesantren sedang digoncang dengan berbagai isu dan berita yang kurang sedap. Mulai dari berita perundungan dan kekerasan baik verbal maupun seksual. Di antara berita kekerasan yang sempat viral adalah seperti kasus perundungan yang dilakukan oleh santri di salah satu pondok pesantren di Malang, tepatnya di kabupaten Lawang pada 2024 lalu. Menurut berita yang beredar, kabarnya AF (19 tahun), salah satu santri mengalami tindak kekerasan dari seniornya dengan menggunakan setrika uap.

Di antaranya lagi adalah terungkapnya kasus pencabulan yang di lakukan oleh pemilik pesantren di Jakarta Timur, dengan inisial CH berusia 47 tahun kepada dua orang santriwatinya. Tentunya masih banyak lagi berita miring yang menyerang dunia pesantren.

Lalu benarkah dengan adanya berbagai isu pesantren yang beredar akhir-akhir ini menunjukkan bahwa pesantren adalah lembaga yang pro kekerasan?

Pesantren dan Upaya dalam Melawan Kekerasan

Mengutip dari mediaindonesia.com, pada tahun 2024 lalu tepatnya bulan agustus dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang “Pencegahan kekerasan anak di pesantren” dengan menggandeng 40 pondok pesantren yang merupakan anggota JPPRA, menunjukkan bahwa sebanyak 37,5% pondok pesantren sudah memiliki kebijakan untuk memberikan dan menigkatkan perlindungan anak di pesantren. Sedangkan 72,5% dari mereka dianggap telah meningkatkan upaya pencegahan dan penekanan tindak kekerasan di lingkungan pesantren. Selain itu, masih banyak pondok pesantren yang tetap konsisten dalam mencetak generasi unggulan dan melarang keras terhadap tindak kekerasan dalam bentuk apapun.

Hal ini membuktikan bahwa jika pesantren terus melakukan upaya untuk menekan atau bahkan mengikis habis tindak kekerasan di lingkungan pondok pesantren. Maka dapat dikatakan, jika pesantren bukanlah lembaga pendidikan yang pro kekerasan. Sehingga para orang tua tidak perlu merasa takut dan khawatir untuk mengirim anaknya ke pesantren, namun harus tetap berhati-hati dan mawas diri dalam memilih pesantren tujuan untuk mendidik anaknya.

Beberapa bentuk kehatia-hatian dalam memilih pondok pesantren yang dapat kami sarankan kepada para orang tua adalah dengan mengecek atau mencari tahu terlebih dahulu latar belakang pondok pesantren yang dituju, termasuk juga sanad keilmuan pengajar sekaligus pengasuh di pesantren tersebut. Mengingat banyaknya para oknum tidak bertanggung jawab dan tidak jelas sanad keilmuannya, dan tiba-tiba mendirikan lembaga pendidikan pesantren.

Hendaknya orang tua memprioritaskan alasan mengapa pesantren itu dipilih untuk dijadikan tempat mendidik anaknya, berdasarkan latar belakang pesantren yang baik, sistem pendidikan yang bagus dan sanad keilmuan gurunya yang jelas. Untuk mengantisipasi terjadinya hal yang tidak dinginkan, seperti adanya tindak kekerasan atau asusila.

Untuk lembaga pesantren sendiri, pengasuh beserta pengurus diharapkan mampu terus meningkatkan berbagai upaya agar kasus kekerasan di lingkungan pesantren tidak kembali bermunculan, dan mampu mengembalikan citra positif pesantren lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan bersikap tegas kepada para pelaku bullying atau pelaku tindak kekerasan dan memberikan perlindungan kepada para korban, sehingga para korban tidak takut untuk melaporkan tindakan kekerasan yang dialaminya serta merasa aman dari ancaman para pelaku kekerasan.


Penulis:

  • Vina Lailatul Maskuro (Mahasiswa Pascasarjana Universitas Al-Qolam dan alumni Pondok Al-Khoirot Malang)
  • Muhammad Husni (Dosen Pascasarjana Universitas Al-Qolam dan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tazkiya Malang)

Tinggalkan Komentar