Jangan Mencintai Berlebihan dan Jangan Membenci Berlebihan

Artikel berjudul ‘Jangan Mencintai Berlebihan dan Jangan Membenci Berlebihan’ yang ditulis oleh seorang santri yang hobi menulis dan dunia fotografi ini akan membahas perasaan manusia dari sudut pandang Islam.

Daripada penasaran, silahkan baca tulisan ini hingga selesai.

Jangan Mencintai Berlebihan dan Jangan Membenci Berlebihan

Percaya atau tidak, hampir semua orang pernah merasakan benci dan cinta. Bagaikan kedua mata koin, dua perasaan ini akan selalu ada dalam diri manusia.

Ber-tawasuth dan i’tidal merupakan prinsip hukum Islam yang berlaku dalam segala hal yang berhubungan dengan dunia dan akhirat bahkan perasaan manusia. Dalam hal ini, urusan cinta dan benci memerlukan moderasi sehingga tidak berlebihan di dalam keduanya.

Salah satu solusi yang mujarab, yang tentunya akan meringankan beban kehidupan kita, yakni apa yang disabdakan oleh Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallama:

أَحْبِبْ حَبِيبَك هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَك يَوْمًا مَا وَأَبْغِضْ بَغِيضَك هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَك يَوْمًا مَا (رواه الترمذي)

“Cintailah kekasihmu sekedarnya saja, barangkali kelak engkau akan membencinya. Dan bencilah seseorang yang kau benci sekedarnya, barangkali kelak ia akan menjadi orang yang kau cinta.”

Maksudnya dari hadits di atas adalah untuk jangan berlebihan dalam mencintai atau pun membenci.

Bisa saja kecintaanmu selama ini berubah menjadi kebencian, sebaliknya, bisa jadi juga kebencianmu tiba-tiba berubah menjadi kecintaan.

Syaikh Al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan dalam kitab Faidhul Qodir

قال الحسن البصري: أُحِبُّوْا هَوْنًا وَأَبْغِضُوْا هَوْنًا فَقَدْ أَفْرَطَ قَوْمٌ فِي حُبِّ قَوْمٍ فَهَلَكُوْا

Syaikh Hasan Bashri rahimahullah berkata, “Mencintailah kalian sekedarnya, menbencipun juga sekedarnya, sebab golongan yang terlalu berlebihan dalam mencintai, maka mereka akan binasa karenanya”.

Dikutip dari kitab Adabul Mufrod karya Imam Bukhori Rohimahullah sahabat Umar radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

عن عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: لَا يَكُنْ حُبُّكَ كَلَفًا وَلَا بُغْضُكَ تلفا. فقلت (زيد بن اسلم) كَيْفَ ذَاكَ؟ قَالَ: إِذَا أَحْبَبْتَ كَلِفْتَ كَلَفَ الصبي وإذا أبغضت أحببت لصاحبك التلف. صحيح الإسناد

[البخاري ,الأدب المفرد, 744]

“Jangan sampai kecintaanmu menjadi beban dan janganlah sampai kebencianmu juga menjadi kerugian. Lalu Zaid bin Aslam bertanya, ‘Bagaimana maksudnya?’ Sahabat Umar menjawab: ‘Jika engkau mencintai dengan cinta demikian (berlebihan), berarti engkau telah membebani dirimu dengan cinta kekanak-kanakan, Jika engkau membenci dengan kebencian demikian, berarti engkau suka dengan kehancuran orang yang kau benci’.”

Bahaya dari mencintai atau membenci secara berlebihan bisa membuat orang kehilangan logika dan akal sehatnya, terbutakan mata hatinya dan cenderung pada perasaannya.

Orang yang secara berlebihan mencintai tidak bisa melihat kesalahan orang yang dicintainya meskipun ia salah. Begitupula orang yang secara berlebihan membenci tidak bisa melihat kebenaran dari orang yang ia benci meskipun ia benar sekali pun.

Perasaan yang berlebihan juga bisa mendorong seseorang melakukan sesuatu yang di luar nalar yang berujung membuat malu sang empunya sendiri.

Kalau sudah begitu, jangan berlebihan dalam mencintai, barangkali engkau akan bersedih dan sengsara karenanya.

Demikian pula jangan terlalu membenci, barangkali kelak kamu akan malu ketika kau berubah mencintainya.

Penulis: Muhammad Lutfi Alhakim

Salah seorang santri yang hobi menulis dan fotografi.

Facebook: Lutfialhakim16

Follow IG: Lutfialhakim_

Tinggalkan Komentar