Penemu Kopi itu Ternyata adalah Orang Muslim lho
Setiap hari, lebih dari 15 juta gelas kopi dikonsumsi di seluruh dunia. Cukup untuk mengisi hampir 300 kolam renang seukuran Olympics. Sangat banyak sekali bukan? Jika Anda tidak memiliki kopi di dapur Anda, berarti Anda tergolong dari minoritas. Kopi adalah industri global dan komoditi terbesar kedua setelah minyak. Kopi memiliki banyak varian dan jenis yang tersebar di seluruh dunia. Lantas pertanyaannya adalah siapa penemu kopi? Bagaimana perjalanan kopi hingga menjadi primadona di seluruh dunia dan eksistensinya bisa ditemukan di dapur kita?
Lebih dari 1200 tahun lalu, orang-orang pekerja keras berusaha untuk tetap terjaga tanpa adanya stimulus ini (kopi) hingga seiring berjalannya cerita terdapat sekawanan kambing yang penasaran beserta penggembalanya – seorang Arab bernama Khalid – menemukan cara sederhana yang mengubah substansi kehidupan ini. Di saat kawanan kambing ini digembalakan di lereng Ethiopia, ia menyadari gembalanya menjadi lebih hidup dan lebih lincah setelah memakan suatu jenis berry. Alih-alih ikut memakannya, orang Arab justru merebusnya untuk membuat sesuatu yang disebut al-qahwa.
Para sufi dari Yaman meminum al-qahwa untuk alasan yang sama dengan kita sekarang yaitu untuk tetap terjaga. Hal tersebut membantu mereka untuk berkonsentrasi selama akhir malam guna berdzikir (ibadah mengingat Allah). Kopi disebarkan ke seluruh dunia Islam pada saat itu oleh para musafir, peziarah, dan pedagang mencapai Mekkah-Turki pada akhir abad ke 15 Masehi, dan Kairo pada abad 16 Masehi.
Kedai Kopi Merajalela di Inggris
Seorang Turki bernama Pasqua Rosee adalah orang yang pertama kali membawa kopi ke daratan Inggris pada tahun 1650, menjualnya di kedai kopi di George-yard, Lombard Street, London. Delapan tahun kemudian, kedai kopi lain bernama Sultaness Head dibuka di Cornhill. Lloyd’s of London – saat ini perusahaan asuransi terkenal – asalnya berawal dari sebuah coffee shop bernama Edward Lloyd’s Coffee House. Pada tahun 1700, sudah terdapat 500 kedai kopi di London, dan hampir mencapai 3000 buah kedai kopi di seluruh Inggris. Kedai-kedai tadi sering disebut sebagai ‘penny university’ (universitas receh) karena Anda bisa bertukar pikiran, berdiskusi, dan belajar dengan orang hebat hanya dengan harga sebuah kopi, tanpa perlu membayar semester dan SPP.
Konsumsi kopi di Eropa sangat besar jika dibandingkan dengan tradisi muslim dalam mengonsumsi kopi. Minuman yang membutuhkan rebusan campuran bubuk kopi, gula dan air ini, yang mana meninggalkan residu kopi yang ditinggalkan di dasar gelas karena memang tidak disaring. Akan tetapi, pada tahun 1683, sebuah cara baru dalam menyajikan dan minum kopi telah ditemukan, dan menjadi sebuah menu favorit kedai kopi. Menu tersebut adalah Capuccino.
Baca Juga: Perbedaan Kopi Robusta dan Kopi Arabika
Cappuccino Sebuah Varian Kopi
Kopi Cappuccino terinpirasi dari Marco d’Aviano, seorang pendeta dari the Capuchin Monastic Order (golongan biarawan dari Gereja Capuchin) yaitu orang yang melawan kepungan Orang Turki di Vienna tahun 1683. Seiring mundurnya orang Turki, Viennesse (orang Vienna) menemukan karung kopi Turki yang ditinggalkan lalu membuat kopi darinya. Menyadari kopi tersebut terlalu kuat bagi selera mereka, mereka mencampurnya dengan krim dan madu. Hal ini membuat kopi menjadi berwarna coklat, menyerupai jubah biarawan di Gereja Capuchin. Akhirnya, mereka menyebutnya dengan ‘cappuccino’ sebagai penghormatan kepada Marco d’Aviano dan biarawan-biarawan lain. Sejak saat itu, cappuccino mulai dinikmati karena rasanya yang menyenangkan dan lembut.
“Kopi adalah emasnya orang biasa, dan sebagaimana emas itu bisa memberi setiap orang perasaan kemewahan dan kebangsawanan”
Syaikh Abd al-Qadir, Penulis manuskrip yang dikenal pertama sebagai Sejarah Kopi pada tahun 1588
Simpulan
Penemu Kopi adalah Khalid penggembala kambing di Ethiopia. Hingga Kopi kemudian tersebar luas di seluruh dunia Islam. Kedai kopi pertama di Eropa muncul di Venice pada tahun 1645, setelah kopi sampai di Eropa melalui perdagangan dengan Afrika Utara dan Mesir. Edward Lloyd’s Coffee House di London didirikan pada akhir abad 17, kedai tersebut merupakan tempat bertemunya saudagar dan pemilik kapal. Kedai kopi menjadi pelopor bagi pub yang sekarang (pub/public house/tempat minum umum bergaya Inggris). Kedai kopi bagi publik menjadi tempat berdiskusi mengenai urusan politik dan juga memberi ruang bagi pergerakan liberal.