Mashdar untuk Fiil-Fiil “Af’ala”, “Fa’ala”, dan “Fā’ala” (أَفْعَلَ وَفَعَّلَ وَفَاعَلَ)

Melanjutkan keterangan tentang mashdar untuk fiil yang lebih dari tiga huruf, di sini, kami akan menambahkan keterangan lanjutan mengenai mashdar tersebut:

Mashdar-nya Fiil “Af’ala” (أَفْعَلَ)

Jika fiil berbentuk “af’ala” (أفعل) dengan huruf tengah (‘ain) shahih/sehat, maka mashdar-nya mengikuti wazan “if‘āl” (إفعال), contoh:

أَكْرَمَ  => إِكْرَامًا

أَوْجَدَ  => إِيجَادًا

Jika huruf tengahnya huruf ‘illat (seperti أَقَامَ, أَعَانَ, أَبَانَ), maka mashdarnya berbentuk “if‘ālah” (إفعالة) dengan menghilangkan huruf tengah mashdar dan menggantinya dengan ta’ marbuthah (ة), contoh:

أَقَامَ => إِقَامَةً

أَعَانَ => إِعَانَةً

أَبَانَ => إِبَانَةً

Aslinya adalah “إِقْوَامًا”, “إِعْوَانًا”, dan “إِبْيَانًا”, tetapi huruf tengahnya dihilangkan dan diganti dengan ta’ marbuthah.

Catatan: Ta’ marbuthah ini kadang dihilangkan jika mashdar tersebut mudhaf (disandarkan), seperti dalam firman Allah:

{لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ}

Yang tidak melalaikan mereka dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat…” (QS. An-Nur: 37)

Jika fiil berwazan “af’ala” dengan huruf akhir (lām fiil) ‘illah (seperti أَعْطَى, أَهْدَى, أَوْلَى), maka huruf akhirnya diubah menjadi hamzah ketika mashdar, contoh:

أَعْطَى  => إِعْطَاءً

أَهْدَى  => إِهْدَاءً

أَوْلَى  => إِيلَاءً

Aslinya adalah “إِعْطَاوًا”, “إِهْدَايًا”, dan “إِيلَايًا”, tetapi waw dan ya’ diubah menjadi hamzah karena muncul setelah alif tambahan.

Penjelasan Tambahan:

Dalam Syarh al-Qāmūs, dijelaskan bahwa orang Arab mengubah wawu dan ya’ menjadi hamzah jika muncul setelah alif tambahan, karena hamzah lebih mudah diucapkan dalam keadaan berharakat, dan mereka merasa berat berhenti pada wawu atau ya’. Contoh: “ar-ridā’” (الرداء) yang aslinya “riday” (رِدَايٌ).

Pembahasan lebih rinci akan dijelaskan dalam bagian “al-Ibdāl” (Pergantian Huruf).

Pengecualian: Mashdar dalam Bentuk “Fa‘āl” (فَعَالٌ)

Kadang, fiil “فَاعَلَ” memiliki bentuk mashdar “fa‘āl” (فَعَالٌ) dengan fathah pada fa’ fiil dan men-takhfif (membaca ringan) pada huruf tengah, contoh:

أَنْبَتَ  => نَبَاتًا

أَعْطَى  => عَطَاءً

أَثْنَى  => ثَنَاءً

Tiga contoh di atas adalah ism mashdar (kata benda yang bermakna mashdar), bukan mashdar asli, karena kurang dari jumlah huruf asli fi‘ilnya.

Mashdar-nya Fiil “Fa”ala” (فَعَّلَ) dengan Ditasydid dan Difathah ‘Ain-nya

Jika Shahih huruf-hurufnya

Jika fiil berbentuk “fa”ala” (فَعَّلَ) dengan huruf tengah (ain) ditasydid dan difathah, huruf akhir (lam) sehat, dan bukan hamzah, maka mashdarnya berbentuk “taf’īl” (تَفعيل), contoh:

عَظَّمَ  => تَعْظِيمًا

عَلَّمَ  => تَعْلِيمًا

Kadang-kadang, mashdar “فَعَّلَ” muncul dalam bentuk “taf’ilah” (تَفعِلة), meskipun jarang, contoh:

جَرَّبَ  => تَجْرِبَةً

فَكَّرَ => تَفْكِرَةً

ذَكَّرَ  => تَذْكِرَةً

Jika Huruf Akhirnya ‘Illat

Jika huruf akhir (lam) berupa huruf ‘illat (seperti وَصَّى، سَمَّى، زَكَّى), maka mashdarnya berbentuk “taf’īlah” (تَفعِلة), dengan cara menghilangkan ya’ dalam “taf’īl”, dan menggantinya dengan ta’ marbuthah (ة), contoh:

وَصَّى  => تَوْصِيَةً

سَمَّى  => تَسْمِيَةً

زَكَّى => تَزْكِيَةً

Jika Huruf Akhirnya Hamzah

Jika huruf akhirnya hamzah (seperti جَزَّأَ، خَطَّأَ، هَنَّأَ), maka mashdarnya bisa dalam dua bentuk:

“Taf’īl” (تَفعيل), atau “Taf’īlah” (تَفعِلة), contoh:

جَزَّأَ  => تَجْزِيءًا / تَجْزِئَةً

خَطَّأَ  => تَخْطِيءًا / تَخْطِئَةً

هَنَّأَ  => تَهْنِيءًا / تَهْنِئَةً

Terkadang, mashdar “fa”ala” (فَعَّلَ) muncul dalam bentuk “fi’āl” (فِعَّال) (dengan huruf pertama dikasrah dan huruf tengah ditasydid serta difathah), meskipun jarang, contoh:

كَلَّمَ => كِلَامًا

Contoh dalam Al-Qur’an yaitu:

وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا كِذَّابًا

Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan pendustaan.” (QS. Al-Qamar: 19)

Mashdar “fa”ala” (فَعَّلَ) juga bisa muncul dalam bentuk “taf’āl” (تَفْعال) (dengan ta’ difathah), contoh:

رَدَّدَ  => تَرْدَادًا

كَرَّرَ  => تَكْرَارًا

ذَكَّرَ  => تَذْكَارًا

حَلَّقَ  => تَحْلَاقًا

جَوَّلَ  => تَجْوَالًا

طَوَّفَ  => تَطْوَافًا

Termasuk dalam bentuk ini adalah kata “at-tal’āb” (التَّلعاب), yang merupakan mashdar dari fiil “la”aba” (لَعَّبَ) yang sudah tidak digunakan lagi dalam bahasa Arab modern.

Beberapa catatan:

(1) Fiil Berbentuk “Fa”ala” (فَعَّلَ) dengan Wazan Tidak Standar

Setiap mashdar dari fiil “fa”ala” (فَعَّلَ) yang tidak mengikuti wazan asal (at-taf’īl/التَّفعيل) harus dihafal dan tidak bisa dijadikan patokan (qiyas).

(2) Syadz-nya Wazan “التَّفْعِيْل” sebagai Mashdar dari “فَعَّلَ”

Sebenarnya, wazan “التَّفْعِيْل” syadz sebagai mashdar “فَعَّلَ”. Secara qiyas, mashdar dari “fa”ala” (فَعَّلَ) seharusnya berbentuk “fi”āl” (فِعَّال) (dengan Huruf pertama difathah, ditambah alif sebelum huruf terakhir).

Contoh yang masih tersisa dari wazan ini:

الكِذَّاب

kedustaan

الكِلَام

pembicaraan

(3) Perkembangan Sejarah Wazan Mashdar “Fa”ala” (فَعَّلَ)

Wazan Awal: “Fi”āl” (فِعَّال) dulunya digunakan, tetapi kemudian tidak lagi dipakai (mati karena ditinggalkan).

  • Wazan Pengganti Pertama: “taf’al” (تَفْعَال)

Digantikan oleh “تَفْعَال” (dengan ta’ difathah), seperti:

 التَّطْوَاف

berkeliling

التَّجْوَال

berjalan-jalan

التَّكْرَار

pengulangan

Namun, wazan ini juga akhirnya ditinggalkan.

  • Wazan Pengganti Kedua: “Taf’īl” (تَفعِيل)

Digantikan oleh ” تَفعِيل”, yang sekarang menjadi wazan qiyasi yang syadz untuk mashdar “فَعَّلَ”.

Proses perubahannya:

(فَعَّلَ) →  (تَفْعَال) →  (تَفعِيل)

Contoh:

(سَلَّمَ) → (تَسْلِيمًا)

Aslinya: (التَّسْلَام) (dengan ta’ difathah)

Berasal dari: (السِّلَّام) (dengan sin dikasrah dan lam ditasydid)

(4) Perubahan Fonetik dalam Proses Ini

Huruf tambahan (salah satu ‘ain) dihilangkan. Ta’ (ت) ditambahkan di awal sebagai pengganti. Alif dalam ” تَفْعَال” diubah menjadi ya’, sehingga menjadi ” تَفعِيل “.

Contoh:

(طَوَّفَ) → (تَطْوَافًا) → (تَطْوِيفًا)

Mashdar-nya Fiil “Fā’ala” (فاعل)

Untuk kata kerja berbentuk “fā’ala” (فاعل), mashdarnya memiliki dua wazan:

  1. فِعال
  2. مُفاعلة

Contoh:

دَافَعَ => دِفَاعًا / مُدَافَعَةً

جَاوَرَ => جِوَارًا / مُجَاوَرَةً

Jika Huruf Akhirnya ‘Illah (Sakit)

Jika huruf akhir (lām) berupa huruf ‘illah (seperti وَالَى، رَامَى، هَادَى), maka huruf akhir diubah menjadi hamzah dalam mashdar:

وَالَى => وِلَاءً

رَامَى  => رِمَاءً

هَادَى => هِدَاءً

Jika Huruf Pertamanya Yā’

Jika huruf pertama (fā’) berupa yā’ (seperti يَاسَرَ، يَامَنَ), maka mashdarnya tidak bisa menggunakan wazan “fī’āl” dan hanya menggunakan “mufā’alah”:

يَاسَرَ => المُيَاسَرَةُ

يَامَنَ => المُيَامَنَةُ

Bentuk Langka “Fī’āl” (فيعال)

Terkadang mashdar muncul dalam bentuk “fī’āl” (“فِيْعَال” dengan penambahan yā’), namun sangat jarang dan tidak bisa di-qiyas-kan:

قَاتَلَ => قِيتَالًا

Perlu diketahui bahwa wazan “الْفِيْعَال” adalah qiyas bagi mashdar-nya “فَاعَلَ”. “الْفِيْعَال” merupakan asal dari wazan “الْفِعَال”. Prosesnya dari “الْفِيْعَال” menjadi “الْفِعَال” adalah meringankannya dengan menghapus ya’, lalu dalam praktek “الْفِيْعَال” tidak digunakan lagi (ditinggalkan). Qiyas mashdar “فَاعَلَ” hanya menyisakan ‘الْفِعَال’, karena mashdar ruba’iy dibentuk berdasarkan fiil madli-nya dengan penambahan alif sebelum huruf terakhir, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Secara lebih rinci “فِبْعَال” berasal dari “فَاعَال”, lalu fa’-nya dikasrah dan alif yang ada setelahnya diganti dengan ya’ untuk menjaga harakat kasrah.

Kedatangan “الْمُفَاعَلَة” sebagai mashdar untuk “فَاعَلَ” adalah syadz karena mashdar qiyas-nya hanyalah “الْفِعَال” (bentuk takhfif dari “الْفِيْعَال”), oleh karena itu para muhaqqiq dari ‘ulama menjadikan “الْمُفَاعَلَة” sebagai isim dengan makna mashdar (isim mashdar) bukan mashdar.

Tinggalkan Komentar