Dhomir Muttashil – Nahwu

Apa itu Dhomir Muttashil?

Dhomir muttashil adalah dhomir yang tidak bisa dijadikan permulaan dan tidak bisa jatuh setelah ‘إِلَّا’ kecuali dlarurat syiir.

:نحو

Contoh dhomir muttashil seperti dhomir ‘تُ’ dan ‘كَ’ seperti contoh di bawah ini:

أَكْرَمْتُكَ

Aku telah memuliakanmu

Dan tidak bisa diucapkan seperti contoh di bawah ini:

مَا أَكْرَمْتُ إِلَّاكَ

Dhomir muttashil tidak bisa jatuh setelah ‘إِلَّا’, namun hal itu kadang bisa terjadi jika ada dlarurat syiir seperti syiir di bawah ini:

وَمَا عَلَيْنَا إِذَا مَا كُنْتِ جَارَتَنَا      أَلَّا يُجَاوِرُنَا إِلَّاكِ دَيَّارُ

Dan ketika kamu (pr) bukan tetangga kami, kami tidak harus hanya bersebelahan rumah denganmu

Contoh syair lainnya yang mempertemukan ‘إِلَّا’ dengan dhomir muttashil adalah:

أَعُوْذُ بِرَبِّ الْعَرْشِ مِنْ فِئَةٍ بَغَتْ     عَلَيَّ فَمَا لِيْ عَوْضُ إِلَّاهُ نَاصِرُ

Aku berlindung pada Tuhannya Arsy dari golongan orang yang menganiaya saya, maka bagiku tiada penolong kecuali diriNya selamanya

Apa Saja yang Bisa Bertemu dengan Dhomir Muttashil?

Dhomir muttashil bisa bertemu dengan fiil, isim dan huruf.

  1. Contoh yang bertemu dengan fiil adalah sebagai berikut:

:نحو

فَعَلُوْا

  1. Contoh yang bertemu dengan isim adalah sebagai berikut:

:نحو

كِتَابِيْ

  1. Contoh yang bertemu dengan huruf adalah sebagai berikut:

:نحو

عَلَيْكَ

Apa Saja Dhomir Muttashil?

Dhomir muttashil terdiri dari 9 dhomir, antara lain:

  1. Dhomir ta’

Dhomir ta’ adalah dhomir rofa’ yang bertemu dengan fiil madli, seperti:

فَعَلْتَ

فَعَلْتُمَا

فَعَلْتُمْ

فَعَلْتُنَّ

فَعَلْتُ

  1. Dhomir ‘نَا’

Dhomir ‘نَا’ adalah dhomir rofa’, nashab dan jarr untuk mutakkalim ma’a al-ghair.

Contoh dhomir ‘نَا’ rafa’, seperti:

فَعَلْنَا

Contoh dhomir ‘نَا’ nashab, seperti:

إِنَّا مُعَلِّمُوْنَ

عَلَّمَنَا الْأُسْتَاذُ

Contoh dhomir ‘نَا’ jarr, seperti:

عَلَيْنَا

بَلَدُنَا

  1. Dhomir wawu

Dhomir wawu adalah dhomir rofa’ untuk jama’ yang bisa bertemu dengan fiil madli, fiil mudlari’ dan fiil amr.

Contoh dhomir wawu yang bertemu dengan fiil madli, seperti:

فَعَلُوْا

Contoh dhomir wawu yang bertemu dengan fiil mudlori’, seperti:

يَفْعَلُوْنَ

تَفْعَلُوْنَ

Contoh dhomir wawu yang bertemu dengan fiil amr, seperti:

افْعَلُوْا

  1. Dhomir alif

Dhomir alif adalah dhomir rofa’ untuk tatsniyah yang bisa bertemu dengan fiil madli, fiil mudlari’ dan fiil amr.

Contoh dhomir alif yang bertemu fiil madli, seperti:

فَعَلَا

فَعَلَتَا

Contoh dhomir alif yang bertemu fiil mudlori’, seperti:

يَفْعَلَانِ

تَفْعَلَانِ

Contoh dhomir alif yang bertemu fiil amr, seperti:

افْعَلَا

  1. Dhomir nun

Dhomir nun adalah dhomir rofa’ untuk jama’ niswah yang bisa bertemu dengan fiil madli, fiil mudlari’ dan fiil amr.

Contoh dhomir nun yang bertemu fiil madli, seperti:

فَعَلْنَ

Contoh dhomir nun yang bertemu fiil mudlari’, seperti:

يَفْعَلْنَ

تَفْعَلْنَ

Contoh dhomir nun yang bertemu fiil amr, seperti:

افْعَلْنَ

  1. Dhomir kaf

Dhomir kaf adalah dhomir nashab yang bisa bertemu dengan fiil dan huruf yang menyerupai fiil, dan juga ia adalah dhomir jarr jika bertemu dengan huruf jarr atau menjadi mudlaf ilaih.

Contoh dhomir kaf nashab, seperti:

أَكْرَمْتُكَ

أَكْرَمْتُكِ

أَكْرَمْتُكُمَا

أَكْرَمْتُكُمْ

أَكْرَمْتُكُنَّ

Contoh dhomir kaf jarr, seperti:

مِنْكَ

مِنْكِ

مِنْكُمَا

مِنْكُمْ

مِنْكُنَّ

أُمُّكَ

أُمُّكِ

أُمُّكُمَا

أُمُّكُمْ

أُمُّكُنَّ

  1. Dhomir ya’

Dhomir ya’ ada dua, yaitu: ya’ mutakallim wahdah dan ya’ muannats mukhathabah.

Contoh dhomir ya’ mutakallim wahdah yang nashab:

أَكْرَمَنِيْ الْمُعَلِّمُ

إِنِّيْ طَالِبٌ

Contoh dhomir ya’ mutakallim wahdah yang jarr:

مِنِّيْ

كِتَابِيْ

Contoh dhomir ya’ muannats mukhathabah (rafa’):

تَفْعَلِيْنَ

افْعَلِيْ

  1. Dhomir ha’

Dhomir ha’ adalah dhomir nashab dan jarr untuk ghaib.

Contoh dhomir ha’:

أَكْرَمَهُ أَبُوْهُ

أَكْرَمَهُمَا أَبُوْهُمَا

أَكْرَمَهُمْ أَبُوْهُمْ

أَكْرَمَهُنَّ أَبُوْهُنَّ

  1. Dhomir ‘هَا’

Dhomir ‘هَا’ adalah dhomir nashab dan jarr untuk mufrad muannats ghaibah.

Contoh dhomir ‘هَا’:

أَكْرَمَهَا أَبُوْهَا

Catatan Penting Mengenai Penggunaan Dhomir Muttashil

Terdapat beberapa catatan penting mengenai penggunaan dhomir mutashil, di antaranya adalah:

1.

Dhomir wawu dan dhomir ‘هُمْ’ (dhomir ha’ yang bertemu mim jama’) hanya khusus digunakan untuk jama’ dzukur (laki-laki) yang berakal. Maka dari itu, keduanya tidak digunakan untuk jama’nya wanita dan tidak digunakan untuk laki-laki yang tidak berakal.

2.

Dhomir pada contoh ‘جِئْتُمَا, جِئْتُمْ, جِئْتُنَّ’ adalah dhomir ta’ semua. Begitu pula dengan dhomir pada contoh ‘أَكْرَمَكُمَا, أَكْرَمَكُمْ, أَكْرَمَكُنَّ’ adalah dhomir kaf semua. Dan juga dhomir pada contoh ‘أَكْرَمَهُمَا, أَكْرَمَهُمْ, أَكْرَمَهُنَّ’ adalah dhomir ha’ semua.

Mim dan alif yang bertemu dengan dhomir tersebut adalah dua huruf alamat tatsniyah. Beberapa ‘ulama’ berpendapat bahwa mim-nya adalah huruf ‘imad (untuk menopang alif) sedangkan alif-nya adalah huruf alamat tatsniyah.

Mim tersebut dinamakan sebagai huruf ‘imad karena mutakallim dan sami’ berpengangan (i’timad) padanya dalam membedakan dhomir tasniyah dan dhomir wahidah (ghaibah). Pendapat ini tidaklah jauh.

Mim yang bertemu dhomir (mim saja tanpa yang lain seperti ‘تُمْ’, ‘هُمْ’ dan ‘كُمْ’) adalah huruf alamat jama’-nya mudzakkar dan yang berakal (جمع الذكور العقلاء).

Dan nun bertasydid yang bertemu dhomir (seperti ‘تُنَّ’, ‘هُنَّ’ dan ‘كُنَّ’) adalah huruf alamat jama’-nya muannats.

Dari beberapa ulama nahwu ada yang menggarisbawahi kondisi tersebut, maka ia menjadikan dhomir dan huruf alamat yang bertemu dengannya sebagai satu kalimat dengan i’rab yang satu. Pendapat ini adalah pendapat terbaru sedangkan dua pendapat sebelumnya lebih utama.

3.

Dhomir ha’ itu dibaca dlummah kecuali jika ia didahului oleh harakat kasrah atau ya’ sukun maka ia dibaca kasrah.

:نحو

مَنْ عَثَرَ فَأَقَلَّهُ عَثْرَتَهُ وَخُذْهُ بِيَدِهِ إِشْفَاقًا عَلَيْهِ وَإِحْسَانًا عَلَيْهِ

Jika ada orang jatuh maka angkatlah ia dari kejatuhannya dan peganglah tangannya karena mengasihinya dan berbuat baik padanya.

هٰذَا أَبُوْهُمْ وَ أَكْرَمْتُ أَبَاهُمْ وَأَحْسَنْتُ إِلَى أَبِيْهِمْ

Ini adalah ayah mereka dan aku memuliakan ayah mereka dan berbuat baik pada ayah mereka.

4.

Ya’ mutakallim boleh dibaca sukun atau fathah kecuali jika ia didahului oleh huruf berharakat sukun – seperti alif maqshur, ya’ manqush, alif tatsniyah, ya’ tatsniyah, ya’ jama’ – maka ya’ mutakallim harus dibaca fathah untuk menghindari bertemunya dua huruf berharakat sukun.

:نحو

هٰذِهِ عَصَايَ

Ini tongkatku

هٰذَا رَاجِيَّ

Ini orang yang menginginkanku

هَاتَانِ عَصَوَايَ

Ini dua tongkatku

رَفَعْتُ عَصَوَيَّ

Aku mengangkat kedua tongkatku

هٰؤُلَاءِ مُعَلّمِيَّ

Mereka sekalian adalah guru-guruku

5.

Alif pada ‘إِلَى’, ‘عَلَى’ dan ‘لَدَي’ diganti dengan ya’ ketika bertemu dengan dhomir.

:نحو

إِلَيَّ

عَلَيْهِ

لَدَيْكَ

6.

Jika dhomir ‘نَا’ bertemu dengan ‘إِنَّ’, ‘أَنَّ’, ‘كَأَنَّ’ dan ‘لَكِنَّ’ maka boleh meng-idgham-kan nunnya atau tidak.

:نحو

قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَىٰ (طه: ٤٥)

Mereka berdua berkata (Musa dan Harun), “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami takut bahwasanya ia (Firaun) semakin lalim kepada kami atau ia melampau batas”

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (القدر: ١)

Sesungguhnya Kami menurunkannya (alQuran) pada Lailat al-Qadr

Pembahasan mengenai nun wiqoyah

Nun wiqoyah adalah nun yang ditambahkan untuk memisahkan antara fiil/isim fiil/huruf yang menyerupai fiil dan ya’ mutakallim untuk melindungi sesuatu yang bertemu dengan ya’ mutakallim tersebut dari terbaca kasrah.

Jika ya’ mutakallim bertemu dengan fiil atau isim fiil, maka keduanya wajib dipisah dengan nun wiqoyah.

:نحو

أَكْرَمَنِيْ

يُكْرِمُنِيْ

أَكْرِمْنِيْ

تُكْرِمُوْنَنِيْ

أَكْرَمْتَنِيْ

أَكْرَمَتْنِيْ فَاطِمَةُ

Contoh isim fiil bertemu ya’ mutakallim:

رُوَيْدَنِيْ

عَلَيْكَنِيْ

Dan jika ya’ mutakallim bertemu dengan huruf yang menyerupai fiil, maka kebanyakan saat ya’ mutakallim bertemu ‘لَيْتَ’ maka nun wiqoyah ditetapkan dan saat ia bertemu ‘لَعَلَّ’ maka nun wiqoyah ditiadakan.

:نحو

يٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ مَعَهُمْ فَأَفُوْزُ فَوْزًا عَظِيْمًا (النساء: ٧٣)

Oh seandainya aku tetap bersama mereka maka aku akan memperoleh kemenangan dengan kemenangan yang agung

لَعَلِّيْ أَبْلُغُ الْأَسْبٰبَ (غافر: ٣٦)

… barangkali aku mencapai al-Asbab (pintu-pintu langit) …

Namun jarang terjadi nun wiqoyah dihapus bersama ‘لَيْتَ’ dan ia ditetapkan bersama ‘لَعَلَّ’. Hal itu terjadi pada contoh syair di bawah ini:

كَمُنْيَةِ جَابِرٍ إِذَا قَالَ: لَيْتِيْ     أُصَادِفُهُ وَأُتْلِفُ جُلَّ مَالِيْ

Seperti pengandai-andaian Jabir ketika ia berkata: ‘Seandainya aku bertepatan dengannya dan ku hancurkan sebagian besar hartaku’

فَقُلْتُ أَعِيْرَانِيْ الْقُدُوْمَ لَعَلَّنِيْ     أَخُطُّ بِهَا قَبْرًا لِأَبْيَضَ مَاجِدِ

Maka aku berkata: “Pinjamkanlah (hai kalian berdua) aku sebuah kapak barangkali dengannya aku akan menggali kubur milik orang yang (berwajah) putih yang mulia”

Adapun jika ya’ mutakallim bertemu ‘إِنَّ’, ‘أَنَّ’, ‘كَأَنَّ’ dan ‘لَكِنَّ’ maka boleh menetapkan atau menghilangkan nun wiqoyah.

:نحو

إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً (البقرة: ٣٠)

Sesungguhnya Aku menjadikan Khalifah di bumi

قَالَ لَاتَخَافَا ۖ  إِنَّنِيْ مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَىٰ (طه: ٤٦)

Dia (Allah) berfirman: “Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian berdua itu lebih mendengar dan lebih melihat”

Lalu jika ya’ mutakallim bertemu dengan ‘مِنْ’ dan ‘عَنْ’, maka keduanya wajib dipisah dengan nun wiqoyah.

نحو

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّيْ هُدَايَ (البقرة: ٣٨)

… kemudian jika benar-benar datang petunjukKu kepadamu …

لَاتُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ (يس: ٢٣)

… maka pasti pertolongan mereka tidak berguna bagi diriku …

Dan menghilangkan nun wiqoyah jika ya’ mutakallim bertemu dengan ‘مِنْ’ dan ‘عَنْ’adalah berhukum syadz, sebagaimana contoh syair berikut:

أَيُّهَا السَّائِلُ عَنْهُمْ وَعَنِيْ     لَسْتُ مِنْ قَيْسٍ وَلَا قَيْسُ مِنِيْ

Wahai orang yang bertanya mengenai mereka dan aku, aku bukanlah dari kabilah Qais dan kabilah Qais tidak dariku.

Itulah dia pembahasan mengenai Dhomir Muttashil dan semoga bermanfaat bagi pembaca.

Tinggalkan Komentar