Dhomir Munfashil – Nahwu

Apa itu dhomir munfashil?

Dhomir munfashil (الضمير المنفصل) adalah dhomir yang bisa dijadikan permulaan dan juga bisa jatuh setelah ‘إِلَّا’.

:نحو

أَنَا مُجْتَهِدٌ

مَا اجْتَهَدَ إِلَّا أَنَا

Apa saja dhomir munfashil itu? Dan ada berapa banyaknya?

Secara keseluruhan, dhomir munfashil terdiri dari 24 dhomir. 12 di antaranya adalah dhomir rofa’ dan 12 lainnya adalah dhomir nashab.

12 dhomir rofa’ munfashil, antara lain:

أَنَا

saya

نَحْنُ

kami

أَنْتَ

Kamu (laki-laki)

أَنْتِ

Kamu (perempuan)

أَنْتُمَا

Kalian berdua

أَنْتُمْ

Kalian (laki-laki)

أَنْتُنَّ

Kalian (perempuan)

هُوَ

Dia (laki-laki)

هِيَ

Dia (perempuan)

هُمَا

Dia berdua

هُمْ

Mereka (laki-laki yang berakal)

هُنَّ

Mereka (perempuan)

dan 12 dhomir nashab munfashil, antara lain:

إِيَّايَ

saya

إِيَّانَا

kami

إِيَّاكَ

Kamu (laki-laki)

إِيَّاكِ

Kamu (perempuan)

إِيَّاكُمَا

Kalian berdua

إِيَّاكُمْ

Kalian (laki-laki)

إِيَّاكُنَّ

Kalian (perempuan)

إِيَّاهُ

Dia (laki-laki)

إِيَّاهَا

Dia (perempuan)

إِيَّاهُمَا

Dia berdua

إِيَّاهُمْ

Mereka (laki-laki yang berakal)

إِيَّاهُنَّ

Mereka (perempuan)

Poin-Poin Penting Pembahasan Mengenai Dhomir Munfashil

Beberapa poin penting mengenai hukum dan cara penggunaan dhomir munfashil adalah sebagai berikut:

1.

Boleh membaca sukun ha’-nya ‘هُوَ’ ketika jatuh setelah wawu dan fa’.

:نحو

وَهُوَ الْغَفُوْرُ

dibaca

وَهْوَ الْغَفُوْرُ

Dan boleh juga membaca sukun ha’-nya ‘هُوَ’ ketika jatuh setelah lam ta’kid walaupun ini jarang terjadi.

:نحو

إِنَّ خَالِدًا لَهْوَ شُجَاعٌ

2.

  • Sebenarnya dhomir pada ‘أَنْتَ’, ‘أَنْتِ’, ‘أَنْتُمَا’ ‘أَنْتُمْ’, dan ‘أَنْتُنَّ’ hanyalah dhomir ‘أَنْ’. Adapun huruf ta’ adalah huruf khithab.
  • Lalu dhomir pada ‘هُمَا’, ‘هُمْ’, dan ‘هُنَّ’ sebenarnya hanyalah dhomir ‘ه’ yang telah diringkas dari ‘هُوَ’.
  • Mim dan alif pada ‘هُمَا’ dan ‘أَنْتُمَا’ adalah dua huruf untuk menunjukkan pada tatsniyah, atau mim-nya adalah huruf ‘imad sedangkan alif-nya adalah huruf alamat tatsniyah.
  • Mim pada ‘أَنْتُمْ’ dan ‘هُمْ’ adalah huruf alamat jama’ dzukur ‘uqala’ (laki-laki banyak yang berakal).
  • Nun bertasydid pada ‘هُنَّ’ dan ‘أَنْتُنَّ’ adalah huruf alamat jama’ inats.
  • Dari sebagian ‘ulama ada yang berpendapat bahwa dhomir-dhomir yang telah disebutkan di atas adalah satu kesatuan kalimah dengan satu i’rab, sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan dhomir muttashil.

Sambung dan Tidaknya Dhomir (Kapan dhomir itu muttashil dan munfashil?)

Pada dasarnya, dhomir adalah sesuatu yang menggantikan posisi isim dhohir lain, maka tujuan didatangkannya dhomir adalah untuk meringkas.

Sedangkan dhomir muttashil lebih ringkas daripada dhomir munfashil.

Maka setiap tempat yang memungkingkan untuk mendatangkan dhomir muttashil itu tidak boleh diganti dengan dhomir munfashil, seperti halnya contoh:

أَكْرَمْتُكَ

Tidak boleh diucapkan:

أَكْرَمْتُ إِيَّاكَ

Namun jika memang tidak memungkinkan untuk menggunakan dhomir muttashil maka barulah menggunakan dhomir munfashil.

Hal itu bisa terjadi jika dhomir didahulukan sebagaimana contoh ayat al-Quran:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

(Hanya) kepadaMu lah kami menyembah dan (hanya) kepadaMu lah kami meminta pertolongan

Atau dhomir menjadi mubtada’, seperti:

أَنْتَ مُجْتَهِدٌ

Kamu adalah orang yang rajin

Atau dhomir menjadi khobar, seperti:

الْمُجْتَهِدُوْنَ أَنْتُمْ

Orang-orang yang rajin adalah kalian

Atau pengecualian yang jatuh setelah ‘إِلَّا’ atau ‘إِنَّمَا’, seperti:

أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوْا إِلَّا إِيَّاهُ (يوسف: ٤٠)

… Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia …

أَنَا الذَّائِدُ الْحَامِي الذِّمَارَ وَإِنَّمَا     يُدَافِعُ عَنْ أَحْسَابِهِمْ أَنَا أَوْ مِثْلِيْ

Aku adalah seorang pembela lagi penjaga kehormatan. Dan yang mempertahankan kebanggaan leluhur hanyalah aku atau orang sepertiku

Atau ‘amilnya terhapus, seperti:

إِيَّاكَ وَمَا يُعْتَذَرُ مِنْهُ

Jauhilah hal-hal yang membuatmu perlu meminta udzur darinya

Atau menjadi maf’ulnya isim mashdar yang di-idlafah-kan pada failnya, seperti:

يَسُرُّنِيْ إِكْرَامُ الْأُسْتَاذِ إِيَّاكَ

Aku dibahagiakan oleh pemuliaan ustad terhadapmu

Atau menjadi tabi’ dalam i’rab bagi isim sebelumnya, seperti:

يُخْرِجُوْنَ الرَّسُوْلَ وَإِيَّاكُمْ (الممتحنة: ١)

… mereka mengusir Rasul dan kalian …

Dalam beberapa kasus, boleh memilih salah satu antara kedua jenis dhomir, dhomir muttashil dan dhomir munfashil, seperti halnya ketika dhomir menjadi khabar kana wa akhwatuha (كان وأخواتها).

:نحو

كُنْتُهُ

كُنْتُ إِيَّاهُ

Begitu juga ketika ia menjadi yang kedua dari dua dhomir manshub (nashab) dengan ‘amil dari bab ‘أَعْطَى’ atau ‘ظَنَّ’.

:نحو

سَأَلْتُكَهُ

سَأَلْتُكَ إِيَّاهُ

ظَنَنْتُكَهُ

ظَنَنْتُكَ إِيَّاهُ

Dhomir mutakallim itu lebih khusus daripada dhomir mukhathab. Dalam arti, ia lebih ma’rifat dibandingkannya. Dan dhomir mukhathab itu lebih khusus daripada dhomir ghaib.

Maka ketika ada dua dhomir muttashil berkumpul dalam bab ‘كَانَ’, ‘أَعْطَى’ dan ‘ظَنَّ’, maka wajib mendahulukan dhomir yang paling khusus.

:نحو

كُنْتُهُ

سَلْنِيْهِ

ظَنَنْتُكَهُ

Namun jika salah satunya munfashil maka boleh memilih sesuai keinginan mana yang ingin didahulukan dengan catatan tidak terjadi kesamaran.

:نحو

الدِّرْهَمُ أَعْطَيْتُهُ إِيَّاكَ

Jika memungkinkan terjadi kesamaran makna, maka wajib mendahulukan dhomir yang bisa menghilangkan kesamaran itu, walaupun ia bukan dhomir yang lebih khusus.

:نحو

زُهَيْرٌ مَنَعْتُكَ إِيَّاهُ

(ucapan tersebut diucapkan ketika mutakallim ingin mencegah mukhathab dari bertemu ghaib/zuhair)

مَنَعْتُهُ إِيَّاكَ

(ucapan tersebut diucapkan ketika mutakallim ingin mencegah ghaib dari bertemu mukhathab)

Terdapat sebuah hadits yang senada dengan hal ini:

إِنّ اللّٰهَ مَلَّكَكُمْ إِيَّاهُمْ وَلَوْ شَاءَ لَمَلَّكَهُمْ إِيَّاكُمْ

Sesungguhnya Allah menjadikan kalian memilki mereka dan jika Allah berkehendak maka pasti Ia menjadikan mereka memiliki kalian

Terakhir, ketika ada dua dhomir yang sama tingkatannya maka wajib menjadikan munfashil salah satunya.

:نحو

أَعْطَيْتُهُ إِيَّاهُ

سَأَلْتَنِيْ إِيَّايَ

خَلْتُكَ إِيَّاكَ

Demikian pembahasan mengenai dhomir munfashil beserta hukum-hukumnya. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Komentar