Isim isyarah adalah isim yang menunjukkan pada sesuatu yang tertentu dengan perantara petunjuk bersifat fisik seperti menggunakan tangan atau semacamnya jika yang ditunjuk/musyar ilaih hadir atau petunjuk bersifat abstrak jika yang ditunjuk bersifat abstrak atau berupa dzat yang tidak hadir. (Jami’u ad-Durus al-Arabiyah)
Sejalan dengan pengertian di atas, dalam Syarh Ibnu Aqil ala Alfiyah Ibnu Malik diterangkan bahwa isim Isyarah adalah sesuatu yang menunjukkan sesuatu yang hadir atau tempat yang menempati makna hadir, dan ia bukan mutakallim atau pun mukhathab. Isim isyarah memiliki keadaan yang berbeda-beda berdasarkan jauh dekatnya, mufrad mudzakkar-nya, serta cabang-cabang dari keduanya.
:نحو
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَارَيْبَ فِيْهِ
“Kitab itu (al-Quran) tidak ada keraguan sama sekali di dalamnya”
Pada contoh di atas, “ذٰلِكَ” adalah isim isyarah (اسم الإشارة) sedangkan “الْكِتَابُ” adalah musyar ilaih (مشار إليه).
Isim-isim isyarah antara lain:
- ذَا
‘ذَا’ digunakan untuk mufrad mudzakkar.
- ذَانِ / ذَيْنِ
‘ذَانِ’ dan ‘ذَيْنِ’ digunakan untuk mutsanna mudzakkar.
- ذِهْ / تِهْ / ذِيْ / تِيْ / تَا
‘ذِهْ’ dan lainya dalam poin tiga digunakan untuk mufrad muannatsah.
- تَانِ / تَيْنِ
‘تَانِ’ dan ‘تَيْنِ’ digunakan untuk mutsanna muannats.
- أُوْلَاءِ / أُوْلَى
‘أُوْلَاءِ’ dan ‘أُوْلَى’ yang satu dibaca madd dan yang lain dibaca qashr, namun membaca madd (أُوْلَاءِ) adalah lebih fashih karena ia digunakan oleh Ahl al-Hijaz dan al-Quran sedangkan membaca qashr (أُوْلَى) adalah bahasa yang digunakan oleh Bani Tamim.
Keduanya digunakan untuk menunjukkan jama’ mudzakkar dan muannats baik jama’-nya adalah uqala’ (berakal) atau tidak. Namun kebanyakan keduanya digunakan untuk yang berakal.
:نحو
Untuk yang berakal (للعقلاء):
أُوْلٰئِكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۖ وَأُوْلٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Mereka itulah yang mendapatkan petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (al-Baqarah: 5/Luqman: 5)
Untuk yang tidak berakal (غير العقلاء):
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, kesemuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (al-Isra’: 36)
ذُمَّ الْمَنَازِلَ بَعْدَ مَنْزِلَةِ اللِّوى وَالْعَيْشَ بَعْدَ أُوْلٰئِكَ الْأَيَّامِ
Hinalah rumah-rumah itu setelah rumah Liwa dan (hina) kehidupan setelah hari-hari itu!
Beberapa Catatan Mengenai Isim Isyarah
‘تِلْكَ’ digunakan untuk jama’ yang tidak berakal (ghair al-uqala’).
:نحو
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ
“… dan pada hari-hari itu (kejayaan dan kehancuran) Kami pergilirkan di antara manusia…” (Ali Imran: 140)
Boleh men-tasydid nun pada mutsanna ‘ذَا’ dan ‘تَا’ baik menggunakan alif atau ya’ sehingga ‘ذَانِ’ boleh dibaca ‘ذَانِّ’ dan ‘تَانِ’ boleh dibaca ‘تَانِّ’. Begitu juga dengan ‘ذَيْنِ’ boleh dibaca ‘ذَيْنِّ’ dan ‘تَيْنِ’ boleh dibaca ‘تَيْنِّ’.
Ha li at-Tanbih (ها للتنبيه)
Ha tanbih (هٰ/هَا) sering mengawali isim isyarah. Ia adalah huruf yang berfungsi untuk memperingatkan/menambah perhatian lawan bicara. Berikut ini adalah isim isyarah yang sudah ditambah dengan ha tanbih:
هٰذَا
هٰذِهِ
هَاتَانِ
هٰؤُلَاءِ
Boleh memisah antara ha tanbih dan isim isyarah dengan dhamir musyar ilaih, semisal:
هَا أَنَا ذَا
هَا أَنْتِ ذِيْ
هَا أَنْتُمَا ذَانِ
هَا نَحْنُ تَانِ
هَا نَحْنُ أُوْلَاءِ
Catatan: Antara “هَا نَحْنُ تَانِ” dan “هَا نَحْنُ أُوْلَاءِ” lebih fashih “هَا نَحْنُ تَانِ”.
Contoh pemisahan tersebut dalam al-Quran adalah dalam Surat Ali Imraan ayat 119:
هٰأَنْتُمْ أُوْلَاءِ تُحِبُّوْنَهُمْ وَلَا يُحِبُّوْنَكُمْ
“Inilah Kamu, kamu menyukai mereka padahal mereka tidak menyukaimu …”
Adapun memisah (mem-fashl) antara ha tanbih dan isim isyarah dengan yang lainnya sangat sedikit, contoh:
هَا إِنَّ ذَا الْوَقْتَ قَدْ حَانَ
Sesungguhnya waktu ini sudah dekat
Sedangkan memisah antara keduanya dengan ‘kaf tasybih’ sangat banyak terjadi, contoh:
هٰكَذَا
Seperti ini
Kaf li al-Khithab dan Lam li al-Bu’di
‘ذَا’ dan ‘تِيْ’ terkadang bertemu dengan kaf li al-khithab (الكاف للخطاب) sehingga keduanya menjadi:
ذَاكَ
تِيْكَ
Terkadang pula keduanya bertemu dengan kaf li al-khithab dan lam li al-bu’di (اللام للبعد) sekaligus sehingga menjadi:
ذٰلِكَ
تِلْكَ
Terkadang ‘ذَانِ/ذَيْنِ’, ‘تَانِ/تَيْنِ’ dan ‘أُوْلَاءِ’ bertemu dengan kaf li al-khithab tanpa lam li al-bu’di sehingga menjadi:
ذَانِكَ
تَانِكَ
أُوْلٰئِكَ
Isim Isyarah yang Khusus Menunjukkan Tempat
Termasuk dari isim-isim isyarah yakni isim isyarah yang khusus menunjukkan tempat saja, antara lain:
- هُنَا
Ia digunakan untuk menunjukkan tempat yang dekat (قَرِيْبٌ) dan juga bisa ditambahkan dengan huruf ha’ li at-tanbih menjadi ‘هٰهُنَا’. Ia juga bisa digunakan untuk menunjukkan tempat yang jaraknya sedang (مُتَوَسِّطٌ) dengan menambahkan kaf khithab menjadi ‘هُنَاكَ’. Serta bisa juga ia digunakan untuk menunjukkan tempat yang jauh (بَعِيْدٌ) dengan menambahkan lagi lam li al-bu’di (لام للبعد) menjadi ‘هُنَالِكَ’.
:نحو
فَٱذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَٰتِلَآ إِنَّا هَٰهُنَا قَٰعِدُونَ
“… maka pergilah kamu dan Tuhanmu kemudian berperanglah kalian berdua sesungguhnya kami di sini duduk (menanti saja) …”. (Al-Maidah: 24)
أَخَذْتُ هُنَاكَ الْكِتَابَ
Aku mengambil kitab di situ
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥ قَالَ رَبِّ هَبْ لِى مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ
“Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (Ali Imraan: 38)
- ثَمَّ
Ia digunakan untuk menunjukkan tempat yang jauh (بَعِيْدٌ)
:نحو
وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الْاَخَرِينَ
“Dan Kami dekatkan di sana golongan yang lain” (Asy-Syuaraa: 64)
- هَنَّا / هِنَّا
Ia juga digunakan untuk menunjukkan tempat yang jauh (بَعِيْدٌ)
:نحو
أَخَذْتُ هَنَّا الْكِتَابَ
Aku mengambil kitab di sana
3 Tingkatan Musyar Ilaih
Musyar ilaih terbagi menjadi 3 macam tingkatan:
- Qaribah (قريبة)
- Mutawassithah (متوسّطة)
- Ba’idah (بعيدة)
1. Musyar ilaih Qaribah
Musyar ilaih Qoribah (dzi al-qurba) adalah musyar ilaih yang ditunjukkan dengan isim isyarah yang tidak disertai dengan kaf khithab dan lam li al-bu’di, contoh:
أَكْرِمْ هٰذَا الرَّجُلَ
Muliakanlah pria ini!
أَكْرِمْ هٰذِهِ الْمَرْأَةَ
Muliakanlah wanita ini!
2. Musyar ilaih Mutawassithah
Musyar ilaih Mutawassithah (dzi al-wustha) adalah musyar ilaih yang ditunjukkan dengan isim isyarah yang disertai dengan kaf khithab saja, contoh:
ارْكَبْ ذَاكَ الْحِصَانَ
Naiklah kuda itu!
ارْكَبْ تِيْكَ النَّاقَةَ
Naiklah unta itu!
3. Musyar ilaih Ba’idah
Musyar ilaih Ba’idah (dzi al-bu’da) adalah musyar ilaih yang ditunjukkan dengan isim isyarah yang disertai kaf khithab dan lam li-al-bu’di sekaligus, contoh:
خُذْ ذٰلِكَ الْقَلَمَ
Ambillah pena itu!
خُذْ تِلْكَ الدَّوَاةَ
Ambillah tempat tinta itu!
Catatan penting lainnya
1. ‘ذَانِ/ذَيْنِ’ dan ‘تَانِ/تَيْنِ’
‘ذَانِ’ dan ‘تَانِ’ digunakan dalam keadaan rofa’, contoh:
جَاءَ هٰذَانِ الرَّجُلَانِ
Kedua pria ini telah datang
جَاءَتْ هَاتَانِ الْمَرْأَتَانِ
Kedua wanita ini telah datang
Sedangkan ‘ذَيْنِ’ dan ‘تَيْنِ’ digunakan dalam keadaan nashab dan jarr, contoh:
أَكْرِمْ هٰذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ
Muliakanlah kedua pria ini!
أَكْرِمْ هَاتَيْنِ الْمَرْأَتَيْنِ
Muliakanlah kedua wanita ini!
مَرَرْتُ بِهٰذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ وَهَاتَيْنِ الْمَرْأَتَيْنِ
Aku melewati dengan kedua lelaki ini dan kedua wanita ini
Kedua isim isyarah tersebut dalam keadaan rofa’ berhukum mabniy ala al-alifi, sedangkan dalam keadaan nashab dan jarr berhukum mabniy ala al-ya’, maka keduanya tidak mu’rab dengan alif ketika rafa’ dan tidak mu’rab dengan ya’ ketika nashab dan jarr sebagaimana isim tatsniyah.
Semua isim isyarah berhukum mabni dan tidak mu’rab, meskipun begitu ada ‘ulama yang menghukumi ‘ذَانِ/ذَيْنِ’ dan ‘تَانِ/تَيْنِ’ dengan hukum mu’rab sebagaimana isim tatsniyah maka pendapat mereka tidak salah karena mereka memiliki hujjah yang benar.
Adapun contoh firman Allah swt dalam Thaha: 63:
إِنْ هٰذٰنِ لَسٰحِرٰنِ
“Sesungguhnya dua orang ini adalah penyihir …”
dalam qiraah orang yang membaca ‘إِنَّ’ dengan tasydid maka ulama berpendapat bahwa contoh tersebut termasuk dalam lughat/bahasa kelompok orang yang mewajibkan alif tatsniyah di semua tingkah/keadaan rafa’, nashab dan jarr.
2. ‘ذِهْ’ dan ‘تِهْ’
‘ذِهْ’ dan ‘تِهْ’ keduanya bisa dibaca sukun ha’-nya dan bisa dibaca kasrah ha’-nya. Jika dikasrah (ha’-nya) maka boleh dibaca pendek atau pun panjang.
3. Kaf al-khithab
Kaf al-khithab adalah huruf namun ia seperti kaf dhamir dalam harakat dan alamat-alamat yang berhubungan dengannya, contoh:
ذَاكَ كِتَابُكَ يَا تِلْمِيْذُ
Itu kitabmu, hai Murid laki-laki.
ذَاكِ كِتَابُكِ يَا تِلْمِيْذَةُ
Itu kitabmu, hai Murid perempuan.
ذٰلِكُمَا كِتَابُكُمَا يَا تِلْمِيْذَانِ
Itu kitab kalian berdua, wahai dua murid laki-laki.
ذٰلِكُمَا كِتَابُكُمَا يَا تِلْمِيْذَتَانِ
Itu kitab kalian berdua, wahai dua murid perempuan.
ذٰلِكُمْ كِتَابُكُمْ يَا تَلَامِيْذُ
Itu kitab kalian, wahai murid-murid.
ذٰلِكُنَّ كِتَابُكُنَّ يَا تِلْمِيْذَاتُ
Itu kitab kalian, wahai murid-murid perempuan.
Demikian pembahasan lengkap mengenai isim isyarah. Semoga bermanfaat.