Macam-macam Isim ‘Alam

Isim ‘alam dibagi menjadi beberapa macam. Untuk mempermudah pembahasannya, mari kita uraikan dari berbagai segi yang membedakan macam-macam isim ‘alam.

Macam-macam Isim 'Alam

Daftar Isi:

Macam-Macam Isim ‘Alam

Isim ‘alam dari segi bentuknya

Yang pertama dari segi bentuknya isim alam bisa dibedakan menjadi 4 macam, yaitu: Mufrod, Murakkab Idlafiy, Murakkab Mazjiy, dan Murakkab Isnadiy.

  1. Alam Mufrad (عَلَمٌ مُفْرَدٌ)

Alam Mufrad adalah isim alam yang tunggal (tidak murakkab).

:نحو

أَحْمَدُ

سَلِيْمٌ

Karena alam mufrad tidak tersusun dari dua kata atau lebih, maka isim tatsniyah dan jama’ yang dijadikan nama (‘alam) termasuk dalam ‘alam mufrad. Contoh yaitu seseorang yang bernama ‘حَسَنَانِ’ atau ‘عَابِدُوْنَ’.

  1. Alam Murakkab Idlafiy (عَلَمٌ مُرَكَّبٌ إِضَافِيّ)

Alam Murakkab Idlafiy adalah isim alam yang tersusun dari susunan idlofiy (mudlof + mudlof ilaihi). Contoh:

عَبْدُ اللّٰهِ

فَتْحُ الرَّحْمٰنِ

  1. Alam Murakkab Mazjiy (عَلَمٌ مُرَكَّبٌ مَزْجِيّ)

Alam murakkab mazjiy adalah isim alam yang tersusun dari murakkab mazjiy. Contoh:

بَعْلَبَكَّ

سِيْبَوَيْهِ

  1. Alam Murakkab Isnadiy (عَلَمٌ مُرَكَّبٌ إِسْنَادِيّ)

Alam murakkab isnadiy adalah isim alam yang tersusun dari murakkab isnadiy yang artinya bisa berupa susunan fi’il dan fa’ilnya bahkan maf’ulnya atau susunan mubtada’ dan khabar, dll. Contoh:

جَادَ الْحَقُّ (nama laki-laki)

شَابَ قَرْنَاهَا (nama perempuan)

Isim ‘alam dari segi penggunaannya

Dari segi penggunaannya, Isim alam juga dibagi menjadi 3 macam, yakni: al-ismu, al-kuniyah, dan al-laqob.

  1. Al-Alam al-Ismi (الْعَلَمُ الْإِسْمِ)

Alam isim adalah ‘alam (nama) yang sejak awal ditetapkan untuk menentukan seseorang atau sesuatu yang tertentu.

Sama saja antara alam isim yang menunjukkan pujian sebagaimana ‘سَعِيْدٌ’ atau ejekan sebagaimana ‘حَنْظَلَةٌ’. Sama pula ‘alam isim yang tidak menunjukkan pujian atau ejekan sebagaimana ‘زَيْدٌ’ dan ‘عَمْرٌو’. Begitu pula dengan isim (‘alam isim) yang diawali dengan ab (أَبٌ) atau umm (أُمٌّ) atau tidak diawali dengan keduanya.

Intinya isim (‘alam isim) adalah nama yang digunakan pertama, nama asli, atau nama pokok seseorang (atau sesuatu).

  1. Al-Alam al-Kuniyah (الْعَلَمُ الْكُنِيَةُ)

Alam Kuniyah adalah ‘alam yang berlaku kedua setelah ‘alam isim dan diawali dengan ab (أَبٌ) atau umm (أُمٌّ). Contoh:

أَبُوْ هُرَيْرَةَ

أُمُّ كُلْثُوْمَ

  1. Al-Alam al-Laqob (الْعَلَمُ اللَّقَبُ)

Alam laqob adalah alam yang berlaku ketiga (setelah alam kuniyah) adakalanya untuk mengekspresikan pujian sebagaimana ‘الرَّشِيْدُ’ dan ‘زَيْنُ الْعَابِدِيْنَ’ atau ejekan sebagaimana ‘الْأَعْشَى’ (makna asalnya ‘yang lemah penglihatannya’) dan ‘الشَّنْفَرَى’ (makna asalnya ‘yang besar dua bibirnya’).

Adakalanya pula alam laqob digunakan untuk menunjukkan nisbat keluarga, kabilah, negara, atau kota. Sebagaimana contoh ‘الْهَاشِمِيّ’, ‘التَّمِيْمِيُّ’, ‘الْبَغْدَادِيُّ’, dan ‘الْمِصْرِيّ’.

Ketiga macam isim alam di atas merupakan hirarki yang berurutan, sehingga secara urut penggunaan isim alam adalah alam isim, ‘alam kuniyah, dan ‘alam laqob.

Namun tidak menutup kemungkinan adanya ‘alam yang menjadi isim dan kuniyah sekaligus bagi seseorang. Sebagaimana ‘alam yang diawali dengan ab (أَبٌ) atau umm (أُمٌّ), dan tidak ditujukan untuk pujian maupun ejekan  sedangkan tidak ada alam (nama) lain yang diperuntukkan untuknya selain alam tersebut.

Begitu juga dengan isim alam yang menunjukkan pujian atau ejekan dan tidak diawali dengan ab (أَبٌ) atau umm (أُمٌّ) sehingga alam tersebut menjadi isim sekaligus laqob baginya.

Atau juga ketika sebuah ‘alam menunjukkan pujian atau ejekan dengan diawali dengan ab (أَبٌ) atau umm (أُمٌّ) sedangkan tidak ada ‘alam (nama) lain yang diperuntukkan untuknya selain ‘alam tersebut sehingga ‘alam tersebut menjadi isim, kuniyah sekaligus laqob bagi orang tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak mengapa jika terjadi persekutuan (musyarakah) di antara isim, kuniyah dan laqob.

Hukum-Hukum Isim, Kuniyah, dan Laqob

Alam isim, alam kuniyah dan alam laqob memiliki beberapa hukum sebagai berikut:

  • Jika isim dan laqob berkumpul maka isim harus didahulukan dari laqob. Contoh:

هَارُوْنُ الرَّشِيْدُ

أُوَيْسٌ الْقَرْنِيُّ

  • Jika kuniyah bersama ‘alam lain maka tidak ada aturan dalam urutannya (bebas). Contoh:

أَبُوْ حَفْصٍ عُمَرُ

عُمَرُ أَبُوْ حَفْصٍ

  • Jika satu musamma (seseorang atau sebuah entitas) disebutkan dua ‘alamnya, maka jika keduanya mufrad maka ‘alam yang pertama di-idlafah-kan pada ‘alam yang kedua. Contoh:

هٰذَا خَالِدُ تَمِيْمٍ

Boleh juga i’rab ‘alam yang kedua diikutkan pada i’rab alam yang pertama sebagai badal atau athaf bayan. Contoh:

هٰذَا خَالِدٌ تَمِيْمٌ

Kecuali jika ‘alam yang pertama bersama al (ال), atau ‘alam yang kedua asalnya merupakan sifat bersama al (ال) maka wajib mengikutkan i’rabnya (tidak boleh idlafah). Contoh:

هٰذَا الْحَارِثُ زَيْدٌ

رَحِمَ اللّٰهُ هَارُوْنَ الرَّشِيْدَ

كَانَ حَاتِمٌ الطَّائِيُّ مَشْهُوْرًا بِالْكِرَمِ

Namun jika kedua ‘alam tersebut berbentuk murakkab, atau salah satunya berbentuk mufrad dan yang lain berbentuk murakkab maka ‘alam yang kedua wajib diikutkan pada ‘alam yang pertama dalam hal i’rabnya. Contoh:

هٰذَا أَبُوْ عَبْدِ اللّٰهِ مُحَمَّدٌ

رَأَيْتُ أَبَا عَبْدِ اللّٰهِ مُحَمَّدًا

مَرَرْتُ بِأَبِيْ عَبْدِ اللّٰهِ مُحَمَّدٍ

هٰذَا عَلِيٌّ زَيْنُ الْعَابِدِيْنَ

رَأَيْتُ عَلِيًّا زَيْنَ الْعَابِدِيْنَ

مَرَرْتُ بِعَلِيٍّ زَيْنِ الْعَابِدِيْنَ

هٰذَا عَبْدُ اللّٰهِ عَلَمُ الدِّيْنِ

رَأَيْتُ عَبْدَ اللّٰهِ عَلَمَ الدِّيْنِ

مَرَرْتُ بِعَبْدِ اللّٰهِ عَلَمَ الدِّيْنِ

Isim Alam dari segi asal-usulnya

Dari segi asal-usulnya, isim ‘alam dibagi menjadi dua macam, yakni: ‘Alam Murtajal dan ‘Alam Manqul.

  1. ‘Alam Murtajal (الْعَلَمُ الْمُرْتَجَلُ)

‘Alam Murtajal adalah ‘alam yang digunakan sejak awal sebagai ‘alam, dan belum digunakan sebagai selain ‘alam sebelumnya.

:نحو

سُعَادُ

عُمَرُ

  1. ‘Alam Manqul (الْعَلَمُ الْمَنْقُوْلُ)

‘Alam Manqul adalah ‘alam yang sudah digunakan sebagai selain alam sebelumnya, lalu dipindah (dinukil) menjadi alam. Jenis inilah yang paling umum ada dalam isim ‘alam.

Adakalanya ia manqul dari mashdar, seperti:

فَضْلٌ

Lalu adakalanya ia manqul dari isim jins, seperti:

أَسَدٌ

Bisa juga ia manqul dari isim shifat, seperti:

حَارِثٌ

مَسْعُوْدٌ

سَعِيْدٌ

Juga adakalanya ia manqul dari fiil, seperti:

شَمَّرَ

أَبَانَ

يَشْكُرُ

يَحْيَى

اجْزِمْ

قُمْ

Dan adakalanya ia manqul dari jumlah, seperti:

جَادَ الْحَقُّ

تَأَبَّطْ شَرًّا

Isim ‘Alam dari segi kekhususannya

Isim ‘alam dari segi kekhususannya dibagi menjadi dua macam, yakni: ‘Alam Syakhsh dan ‘Alam Jins.

  1. ‘Alam Syakhsh (عَلَمُ الشَّخْصِ/الْعَلَمُ الشَّخْصِيُّ)

‘Alam syakhsh atau ‘alam syakhshi adalah ‘alam yang dikhususkan pada asal peletakannya untuk satu individu (satu entitas/satu unit). Maka individu sejenis selain individu tersebut tidak termasuk pada yang dimaksud oleh ‘alam syakhsh.

Contohnya adalah ‘خَالِدٌ’, ‘سَعِيْدٌ’ dan ‘سُعَادٌ’, tidak mengapa bila ada orang lain yang memiliki ‘alam yang sama dengan yang disebutkan tadi (musyarakah), karena kesamaan/bersekutunya beberapa orang dengan ‘alam (nama) yang sama tersebut terjadi atas dasar kecocokan (kebetulan), bukan berdasarkan penetapannya (sebagaimana yang sudah kita jelaskan sebelumnya).

  1. ‘Alam Jins (عَلَمُ الْجِنْسِ/الْعَلَمُ الْجِنْسِيُّ)

‘Alam jins atau ‘alam jinsiy adalah ‘alam yang mencakup seluruh jenis (jins) tanpa kekhususan pada individu tertentu. Contohnya:

  • أُسَامَةُ

Nama bagi singa

  • أَبُوْ جَعْدَةَ

Nama bagi serigala

  • كِسْرَى

Nama bagi orang yang merajai Persia

  • قَيْصَرُ

Nama bagi orang yang merajai Romawi

  • خَاقَانُ

Nama bagi orang yang merajai Turki

  • تُبَّعٌ

Nama bagi orang yang merajai Yaman

  • النَّجَاشِيْ

Nama bagi orang yang merajai Habasyah

  • فِرْعَوْنُ

Nama bagi orang yang merajai Mesir kuno

  • الْعَزِيْزُ

Nama bagi orang yang merajai Mesir

Contoh yang lain dari ‘alam jins yang berbentuk ‘alam isim adalah:

  • ثُعَالَةُ

Nama bagi rubah

  • ذُؤَالَةُ

Nama bagi serigala

Ada pula ‘alam jins berbentuk ‘alam kuniyah, sebagaimana contoh:

  • أُمُّ عِرْيَطٍ

Nama bagi kalajengking

  • أُمُّ عَامِرٍ

Nama bagi kuda cepat

  • أَبُو الْحَارِثِ

Nama bagi singa

  • أَبُو الْحُصَيْنِ

Nama bagi rubah

Terdapat pula ‘alam jin berbentuk ‘alam laqab, sebagaimana contoh:

  • الْأَخْطَلُ

Nama bagi kucing

  • ذُو النَّابِ

Nama bagi anjing

Terkadang juga ‘alam jins menjadi ‘alam bagi ma’na (yang bersifat abstrak), sebagaimana contoh:

  • بِرَّةُ

Nama bagi kebaikan

  • فَجَارِ

Nama bagi kemaksiyatan

  • كَيْسَانُ

Nama bagi pengkhianatan

  • أُمُّ قَشْعَمٍ

Nama bagi kematian

  • أُمُّ صَبُوْرٍ

Nama bagi perkara yang berat (musibah berat)

  • حَمَادِ

Nama bagi keterpujian

  • يَسَارِ

Nama bagi kemudahan

* ‘فَجَارِ’, ‘حَمَادِ’ dan ‘يَسَارِ’ merupakan isim mabni ‘ala al-kasri

Hukum ‘Alam Jins

‘Alam jins berhukum nakirah dalam ma’na karena ia tidak mengkhususkan satu dari beberapa individu dalam jenisnya.

Keadaan ‘alam jins yang tidak mengkhususkan pada sesuatu individu dalam jenisnya memunculkan pertanyaan, “Mengapa ia disebut dan didefinisikan sebagai ‘alam?”. Jawabannya adalah karena ia menjadi ‘alam dari segi lafadh sehingga ia beramal sebagaimana amalnya ‘alam syakhsh dalam ranah hukum lafdhiyah.

Namun yang membedakan antara keduanya adalah dari segi makna yang mana ‘alam syakhsh dibuat untuk satu individu saja sedangkan ‘alam jins dibuat untuk satu jins (jenis) keseluruhan.

Adapun dari segi lafadh, ‘alam jins sama dengan ‘alam syakhsh dalam hal hukum-hukum lafdhiyah-nya secara sempurna.

Maka dari itu, ‘alam jins bisa menjadi mubtada’.

:نحو

ثُعَالَةُ مُرَاوِغٌ

Rubah/musang itu penipu

Juga ‘alam jins bisa memiliki hal.

:نحو

هٰذَا أُسَامَةُ مُقْبِلًا

Ini adalah singa yang sembari mendekat

‘Alam jins juga terhalang dari tanwin (mamnu’ min ash-shorf) ketika di samping ia mengandung unsur ‘alamiyah juga terdapat ‘illat lain. Semisal:

:نحو

ابْتَعِدْ مِنْ ثُعَالَةَ

Menjauhlah dari rubah/musang

‘ثُعَالَةَ’ terhalang dari tanwin atau bisa kita sebut sebagai isim ghoiru munshorif karena memiliki dua illat, yang pertama ‘alamiyah dan yang kedua adalah ta’nits.

‘Alam jins seperti di atas juga tidak bisa didahului dengan al ta’rif (ال التعريف) sehingga kita tidak boleh mengucapkan semisal:

الْأُسَامَةُ

Sebagaimana kita boleh mengucapkan ‘الْأَسَدُ’.

Kita juga tidak boleh meng-idlafah-kannya, semisal:

أُسَامَةُ الْغَابَةِ

Sebagaimana kita boleh mengucapkan ‘أَسَدُ الْغَابَةِ’.

Dan kesemuanya itu adalah kekhususan-kekhususan yang dimiliki oleh ma’rifat. Melihat hal ini, maka ‘alam jins itu ma’rifat.

Perbedaan yang mendasari antara ‘alam jins dan isim jins adalah kenakirahannya. Sebagaimana yang telah dibahas bahwa isim jins itu nakirah secara makna dan lafadh.

Secara makna, isim jins adalah nakirah karena tidak mengkhususkan satu pun individu tertentu.

Dan secara lafadh, isim jins juga nakirah karena ia membutuhkan al (ال) untuk menjadi ma’rifat. Begitu pula, ia tidak bisa dijadikan mubtada’ dan ia tidak memiliki hal.

Sedangkan ‘alam jins itu nakirah secara makna  karena tidak mengkhususkan satu pun individu tertentu dan ma’rifat secara lafadh sebagaimana yang sudah dijelaskan.

Adapun antara ‘alam jins dan isim yang ma’rifat dengan al al-jinsiyyah (ال الجنسية) itu tidak ada perbedaan dalam hal sama-sama menunjukkan ‘jins’ secara keseluruhan dan sama-sama ma’rifat secara lafadh.

Semisal contoh:

أُسَامَةُ شُجَاعٌ

dan

الْأَسَدُ شُجَاعٌ

Kedua contoh tersebut nakirah dari segi makna dan ma’rifat dari segi lafadh. Jadi, ‘alam jins dan isim yang dima’rifatkan dengan al al-jinsiyyah itu sama saja.

Al-Alam bi al-Ghalabah (الْعَلَمُ بِالْغَلَبَةِ)

Apa itu ‘Alam bi al-Ghalabah?

‘Alam bi al-Ghalabah adalah ‘alam yang mendominasi atas makna lain yang sama-sama ditunjukkan (dalalah) oleh ‘alam tersebut. Ia berbentuk mudlaf yang di-idlafah-kan pada ma’rifat atau isim yang disertai dengan al al-‘ahdiyyah (اَلْ الْعَهْدِيَّة).

Sehingga ‘alam bi al-ghalabah hanya mengkhususkan pada satu dan tidak menunjukkan pada dalalah yang lain.

:نحو

ابْنُ عَبَّاسٍ

Maksudnya adalah Abdullah ibn Abbas ibn Abd al-Muthallib

ابْنُ عُمَرَ

Yang dimaksud adalah Abdullah ibn Umar ibn al-Khatthab

ابْنُ مَالِكٍ

Yang dimaksud adalah Muhammad ibn Malik pengarang Kitab Alfiyyah

الْعَقَبَةُ

Pelabuhan di pantai laut merah

الْمَدِيْنَةُ

Kota Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama yang dulu bernama Yatsrib

الْأَلْفِيَّةُ

Syair berbahar rajaz berjumlah seribu bait yang membahas ilmu nahwu yang dikarang oleh Ibnu Malik

Secara asal, sebenarnya sah-sah saja untuk mengeneralisir contoh-contoh di atas semisal kepada seluruh anak Abbas, Umar, dan Malik, atau kepada seluruh pelabuhan, seluruh kota, dan semua nadham yang berjumlah seribu bait.

Akan tetapi, karena banyak dan seringnya ‘alam tersebut digunakan untuk menunjukkan dalalah tadi akhirnya dalalah tersebutlah yang mendominasi dan ‘alam tersebut menjadi ‘alam bi al-ghalabah.

I’rab ‘Alam

‘Alam memiliki ketentuan i’rab yang berbeda-beda sesuai bentuknya. I’rab ‘Alam berdasarkan bentuknya antara lain:

  1. ‘Alam Mufrad

‘Alam Mufrad memiliki i’rab sesuai tuntutan kalam, baik rafa’, nashab dan jarr.

:نحو

جَاءَ زُهَيْرٌ

رَأَيْتُ زُهَيْرًا

مَرَرْتُ بِزُهَيْرٍ

  1. ‘Alam Murakkab Idlafi

‘Alam murakkab idlafi di-i’rab bagian awalnya sebagaimana tuntutan kalam (rafa’, nashab atau jarr) sedangkan bagian selanjutnya dibaca jarr sebab idlafah.

:نحو

جَاءَ عَبْدُ الرَّحِيْمِ

رَأَيْتُ عَبْدَ الرَّحِيْمِ

مَرَرْتُ بِعَبْدِ الرَّحِيْمِ

  1. ‘Alam Murakkab Mazjiy

‘Alam murakkab mazjiy bagian awalnya dibaca mabni fathah selamanya (kecuali jika diakhiri dengan ya’ seperti ‘مَعْدِيْكَرِبَ’), sedangkan bagian yang kedua dibaca dlummah jika rafa’ dan dibaca fathah jika nashab dan jarr (kecuali jika bagian kedua berupa ‘وَيْهِ’ maka ia mabni kasrah). (lihat pembahasan isim ghairu munsharif)

:نحو

بَعْلَبَكُّ بَلْدَةٌ طَيِّبَةُ الْهَوَاءِ

رَأَيْتُ بَعْلَبَكَّ

سَافَرْتُ إِلَى بَعْلَبَكَّ

  1. ‘Alam Murakkab Isnadiy

‘Alam murakkab isnadiy tetap sebagaimana keadaannya dan i’rab yang disandangnya adalah dengan i’rab hikayah di setiap keadaan sedangkan i’rab-nya yang asli bersifat taqdiri (i’rab taqdiri).

:نحو

جَاءَ جَادَ الْحَقُّ

رَأَيْتُ جَادَ الْحَقُّ

مَرَرْتُ بِجَادَ الْحَقُّ

  1. ‘Alam Murakkab ‘Adadiy

‘Alam murakkab ‘adadiy sebagaimana ‘خَمْسَةَ عَشَرَ’, atau isim lain yang berlaku sama dengannya seperti ‘حَيْصَ بَيْصَ’ dan ‘بَيْتَ بَيْتَ’ jika isim-isim tersebut dijadikan ‘alam (nama) maka ke-bina’-annya harus dipertahankan sebagaimana ia sebelum dijadikan ‘alam.

Diperbolehkan juga membaca i’rab keduanya dengan i’rab-nya isim ghairu munsharif, seakan-akan keduanya adalah murakkab mazjiy. Namun menetapkan ke-bina’-annya itu lebih utama.

Itu dia Macam-Macam Isim ‘Alam beserta penjelasan pengertian dan hukum-hukumnya.

Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Komentar