3 Alasan Mengapa Ustadzah Oki Setiana Dewi dikecam Netizen dalam ceramahnya tentang KDRT

Polemik Materi Ceramah Ustadzah Oki Setiana Dewi yang Menyinggung KDRT

Ceramah Ustadzah Oki Setiana Dewi dikecam Netizen yang Menyinggung KDRT

INSANTRI.COM. Baru-baru ini, Netizen Indonesia berdebat mengenai materi ceramah Ustadzah Oki Setiana Dewi yang menyinggung Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Tak sedikit yang mengecam dan tidak setuju dengan isi materi ceramah seorang kakak dari Youtuber Ria Ricis tersebut. Video materi ceramahnya tersebut menyebar luas di media dan mengundang berbagai tanggapan dari masyarakat Indonesia.

Isi dari ceramah Ustadzah Oki Setiana Dewi kurang lebih menceritakan pengalaman seorang wanita dari Jeddah yang mendapatkan perlakuan kekerasan fisik berupa pukulan dari suaminya. Tak lama setelah kejadian itu, ayah dan ibu wanita tersebut datang untuk berkunjung. Sambil menangis, wanita tersebut menemui ayah dan ibunya dan mendapatkan pertanyaan perihal alasan mengapa dia menangis.

Bukannya mengadukan perlakuan suaminya, justru wanita tersebut mengaku menangis karena lama tak berjumpa dengan ayah dan ibunya. Mendengar hal yang di luar dugaan tersebut, suaminya takjub terheran-heran serta memilih untuk lebih mencintai istrinya. Setelah kejadian itu, hubungan kedua suami istri tersebut menjadi kian harmonis. Sekian.

Tanggapan negatif muncul setelah video itu tersebar melalui internet. Ustadzah Oki Setiana Dewi dianggap mengentengkan masalah KDRT dan menormalisasinya oleh netizen, dan tidak mengindahkan hak perempuan untuk bersuara dan membela diri ketika ia mendapatkan perlakuan kekerasan. Dari sini terdapat sudut pandang yang bermacam-macam. Siapa yang benar?

Tidak ada kebenaran mutlak di dunia ini kecuali Yang Maha Haqq yaitu Allah SWT. Benar atau salah, Ustadzah Oki Setiana Dewi sudah memberikan semua kemampuan dan usahanya dalam berdakwah dengan apa yang ia yakini benar. Namun bukan berarti tanggapan negatif netizen bukan tidak ada artinya. Itu juga fakta yang pasti berasal dari keresahan yang nyata.

3 Alasan Mengapa Ustadzah Oki Setiana Dewi dikecam Netizen dalam ceramahnya tentang KDRT

Tulisan ini bertujuan untuk menjadi pelajaran dan ibrah bagi kita semua. Setidaknya ada hal yang bisa dipelajari dari fenomena tersebut. Teringkas dalam 3 Alasan Mengapa Ustadzah Oki Setiana Dewi dikecam Netizen dalam ceramahnya tentang KDRT, sebagai berikut:

  1. Membahas hal yang sensitif

Membahas hal-hal yang bersifat tepi jurang, atau sensitif bagi masyarakat kita adalah hal yang perlu dihindari bagi siapa pun yang tidak ingin bermasalah atau pun tidak siap untuk menghadapi dampak-dampak paska membicarakan hal tersebut. Masyarakat kita akhir-akhir ini lebih sensitif dan mudah tersinggung jika dibandingkan dengan masyarakat kita dulu.

Seorang komika – yang notabene profesinya adalah bercanda – pernah dihujat oleh pecinta kucing setelah video standupnya viral melucukan tingkah kucing. Apalagi seorang pendakwah bercerita kisah KDRT yang notabene bernuansa menyeramkan, menyedihkan, dan menyakitkan, walaupun terdapat plot twist di dalamnya.

Di sisi lain ada sebuah lagu yang hits dan tidak ada masalah masyarakat kita untuk mendengarnya. Padahal di dalamnya ada unsur KDRT-nya juga baik fisik maupun non-fisik.

Kamu berbohong aku pun percaya

Engkau lukai ku tak peduli

Coba kau pikir dimana ada cinta seperti ini

Mytha Lestari – Aku Cuma Punya Hati

Namun masyarakat kita biasa saja, toh itu cuma lagu. Masyarakat kita baru akan tersinggung jika unsur KDRT itu ada dalam bentuk ceramah.

Lain halnya jika pendakwah bercerita tentang Nabi Muhammad SAW yang pernah disakiti oleh kaum Thaif. Nabi Muhammad berdakwah kepada Kaum Thaif, lalu justru dilempari batu. Nabi Muhammad berlindung dan beristirahat di bawah pohon lalu didatangi Malaikat Jibril sambil menawarkan untuk mengangkatkan untuknya gunung di dekat Thaif agar ditimpakan ke kaum tersebut. Nabi Muhammad yang berkucuran darah menolak padahal bisa saja beliau mengiyakan hal tersebut. Begitupun Nabi Muhammad bisa membalas, namun Beliau tidak membalas perbuatan kaum Thaif serta tidak ingin dibalaskan. Nabi Muhammad memilih bersabar. Nabi yang mulia tersebut percaya bahwa anak keturunan mereka akan beriman walaupun saat ini tidak. Dan ternyata hal itu benar di kemudian hari. Plot twist bukan?

Pertanyaannya jika saya atau Anda menceritakan hal tersebut, apakah saya atau Anda akan dituduh sebagai si paling menormalisasi kekerasan dalam ranah dakwah? Apakah Anda setuju dengan kekerasan tersebut? Mengapa cerita itu tidak sensitif bagi masyarakat kita? Jawabannya karena itu ‘Kekerasan Dalam Ranah Dakwah’ bukan ‘Kekerasan Dalam Rumah Tangga’. Heuheuheu.

Padahal dalam cerita tersebut terdapat sebuah prinsip yakni, Yang munkar tetap lah munkar dan yang haqq tetaplah haqq. Dan sabar adalah termasuk dari suatu yang haqq.

Perlu kita pahami bahwa ada suatu hal yang bisa lebih mahal harganya, dan lebih mulia tujuannya yang hanya bisa ditebus dengan kesabaran seperti halnya keharmonisan rumah tangga, dan keimanan sebuah kaum.

Untuk mempermudah mari kita ambil contoh berikut:

Seumpama Anda punya tetangga yang memelihara ayam yang setiap hari buang kotoran (jawa: nelek) di beranda rumah Anda. Anda mulai risih karena setiap hari harus membersihkannya dan tidak terhitung berapa kali Anda tidak sengaja  menginjak kotoran dari ayam tetangga Anda tersebut. Perasaan ingin komplain pun muncul namun Anda khawatir jika Anda komplain akan ditangkap berbeda oleh tetangga Anda sehingga meretakkan kerukunan Anda dan tetangga Anda. Lalu Anda lebih memilih rukun dibandingkan harus berseteru dengan tetangga Anda gegara tahi ayam.

Karena tetangga lah orang yang akan selalu bersinggungan, hidup berdampingan hingga tiba hari pembalasan. Itu artinya ada sebuah harga yang lebih mahal dan tujuan yang lebih mulia yakni, Kerukunan.

Kembali lagi pada masalah Ustadzah Oki. Secara sosial, Ustadzah Oki bisa dikatakan salah karena ia menyinggung sesuatu yang dianggap sensitif dalam nilai tradisi dan hukum yang sudah ada dalam masyarakat kita. Namun dalam hal ini kita sebenarnya juga harus sepakat bahwa Ustadzah Oki tidak sepenuhnya salah.

  1. Tendensius

Alasan kedua Ustadzah Oki adalah unsur tendensius beliau dalam menceritakan cerita tersebut. Cerita selalu mempunyai pesan di dalamnya. Namun setelah cerita tersebut selesai dan tiba giliran Ustadzah Oki untuk menginterpretasikan cerita tersebut justru ia lebih menekankan pada wanita. Wanita lah (baca: korban) yang lebih dituntut bersabar ketika ada kekerasan. Wanita juga yang dituntut menutup kejelekan suami. Dan wanita juga yang dituntut untuk tidak berlebihan dalam menyikapi kekerasan.

Terlepas dari jamaah pendengar yang mungkin terdiri dari wanita semua sehingga ‘mungkin’ barangkali mendorong Ustadzah untuk berbicara kepada hanya ‘sudut pandang wanita’, hal ini sangat disayangkan.

Fenomena ini menjadi pesan bagi kita semua untuk tidak menyangkal (denial) kepada kasus KDRT di Indonesia. Karena kembali lagi kepada fakta kasus KDRT dan juga kasus kekerasan dan pelecehan seksual kepada perempuan yang ada di Indonesia masih perlu ditangani dengan serius.

Maka dari itu, arah materi ceramah seorang pendakwah seharusnya lebih mengarah ke penanganan dan penaggulangan kasus kekerasan.

  1. Pendekatan

Jika membahas yang sensitif perlu dihindari apakah berarti ia tidak dibicarakan sama sekali? Tentu tidak. Jika sesuatu yang sensitif tidak pernah dibahas sama sekali dalam ruang publik akan membuat hal itu akan menjadi semakin tabu. Perlu sebuah pendekatan yang tepat agar materi sesensitif mungkin bisa diterima oleh masyarakat.

Kita harus banyak belajar dari semisal Gus Dur atau Dai yang dijuluki dengan ‘Dai Sejuta Umat’ KH Zainuddin M Z bahwa berdakwah bisa dilakukan dengan cara-cara dan pendekatan-pendekatan yang menyenangkan. Tokoh-tokoh ini sekalipun harus membahas hal yang sensitif mereka akan mengemasnya sedemikian rupa hingga pendengar tidak merasakan kesensitifan tersebut. Mereka ibarat seorang pemasak yang handal yang bisa memasak pare hingga rasa paitnya tidak terlalu terasa, justru semakin membuat sedap masakan tersebut.

Digitalisasi dan masifnya media sosial saat ini membuat semakin kompleksnya respon masyarakat. Untuk menyikapi masyarakat 4.0 saat ini yang mudah tersinggung, mau tidak mau kita harus lebih berempati dan lebih peka lagi. Saat membahas hal yang sensitif kita harus bisa merasakan dan membayangkan perasaan orang-orang yang benar-benar pernah mengalami hal tersebut.

Itu dia 3 Alasan Mengapa Ustadzah Oki Setiana Dewi dikecam oleh Netizen dalam Ceramahnya Tentang KDRT. Dari fenomena Ust Oki Setiana Dewi ini setidaknya kita bisa mengambil pelajaran darinya. Dan kita harus tetap objektif dan melihat dari berbagai sisi pandang untuk menyikapi sesuatu.

Penulis: Mudhofar

Tinggalkan Komentar