Dhomir untuk ghaybah (الْغَيْبَة/orang ketiga) akan selalu memiliki marji’ dhomir dan ia kembali kepadanya.
Marji’ dhomir adalah isim yang mana dhomir itu kembali kepadanya.
Karena marji’ dhomir sangat beragam, mari kita bahas satu per satu dari mulai:
- Dhomir kembali kepada isim yang mendahului dalam lafadh
Marji’ ini adalah yang asal (asli). Contoh:
الْكِتَابُ أَخَذْتُهُ
Kitab itu aku mengambilnya
Dhomir ‘هُ’ dalam contoh tersebut kembali kepada isim yang mendahuluinya dalam lafadh yaitu ‘الْكِتَابُ’.
- Dhomir kembali kepada isim yang diakhirkan secara lafadh namun lebih dahulu secara tingkat urutan.
Contohnya yaitu:
أَخَذَ كِتَابَهُ زُهَيْرٌ
Yang mengambil kitabnya, Zuhair
Dhomir ha’ tersebut kembali kepada ‘زُهَيْرٌ’ yang mana ia secara lafadh ia datang terakhir. Namun secara tingkat urutan, ia lebih dahulu karena fa’il lebih dahulu tingkat urutannya sebelum maf’ul sehingga jika contoh tersebut disesuaikan secara urutan kembali menjadi ‘أَخَذَ زُهَيْرٌ كِتَابَهُ’.
Adapun mengembalikan dhomir kepada sesuatu yang diakhirkan secar lafadh dan tingkat urutan maka tidak diperbolehkan. Contoh berikut adalah salah:
أَكْرَمَ أَبُوْهُ زَيْدًا
Contoh dia tas tidak diperbolehkan karena dhomir ha’ kembali kepada ‘زَيْدًا’ yang mana secara lafadh ia diakhirkan dan secara tingkat urutan ia adalah ma’ul bih.
Namun jika dhomir dikembalikan pada sesuatu yang didahulukan secara lafadh dan diakhirkan secara tingkat urutan maka boleh.
أَكْرَمَ زَيْدًا أَبُوْهُ
Adapun contoh seperti:
أَكْرَمْتُهُ خَالِدًا
Itu diperbolehkan karena ‘خَالِدًا’ bukanlah maf’ul bih melainkan badal dari dhomir ha’ yang menjadi maf’ul bih pada contoh tersebut.
- Dhomir kembali kepada sesuatu yang disebutkan sebelumnya secara makna bukan secara lafadh
Contohnya yaitu:
اجْتَهِدْ يَكُنْ خَيْرًا لَكَ
Disiplinlah! Ia (kedisiplinan) sangat baik untukmu
Penjelasannya yaitu sama dengan ‘يَكُنِ الْإِجْتِهَادُ خَيْرًا لَكَ’. Dhomir mustatir tersebut kembali kepada ‘الْإِجْتِهَادُ’ yang dipahami dari ‘اجْتَهَدَ’.
- Dhomir kembali kepada sesuatu yang tidak disebutkan baik secara lafadh maupun makna.
Hal tersebut bisa terjadi jika siyaq al-kalam (runtutan kalam) menjelaskannya, seperti halnya contoh:
وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُوْدِيِّ ۖ (هود: ٤٤)
Dan kapal itu berlabuh di atas gunung Judiy
Dhomir tersebut kembali kepada kapal Nabi Nuh as. yang diketahui dari siyaq al-kalam.
Contoh lainnya adalah seperti syair berikut:
إِذَا مَا غَضِبْنَا غَضْبَةً مُضَرِيَّةً هَتَكْنَا حِجَابَ الشَّمْسِ أَوْ قَطَرَتْ دَمًا
Ketika kami marah dengan kemarahan orang arab (Bani Mudlor) maka kami koyakkan sinar matahari atau pedang-pedang mengalirkan darah
Dhomir dalam ‘قَطَرَتْ’ kembali kepada ‘السُّيُوْفُ’ (pedang-pedang) yang ditunjukkan oleh siyaq al-kalam.
- Dhomir kembali kepada mudlaf
Pada dasarnya, dhomir kembali kepada sesuatu yang diucapkan dan lebih dekat di dalam kalam, selama itu bukan mudlaf ilaih maka dhomir kembali kepada mudlaf.
وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَلَاتَنْكِحُوْا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ (الأحزاب: ٥٣)
Dan tidak boleh bagimu menyakiti Rasul Allah dan tidak boleh pula kalian menikahi istri-istrinya setelah wafatnya
Dhomir ha’ di atas kembali kepada ‘رسول’ bukan ‘الله’.
- Dhomir kembali kepada mudlaf ilaih
Namun terkadang dhomir kembali kepada mudlaf ilaih, jika ada qarinah yang menunjukkannya.
:نحو
كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا (الجمعة: ٥)
… seperti misalnya keledai yang membawa kitab-kitab tebal …
Dhamir pada ‘يحمل’ kembali kepada ‘الحمار’ bukan ‘مثل’.
- Dhomir kembali kepada al-ba’id (yang jauh)
Terkadang dhomir kembali kepada yang jauh jika ada qarinah yang menunjukkannya.
:نحو
ءَامِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ وَأَنْفِقُوْا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِيْنَ فِيْهِ (الحديد: ٧)
Berimanlah kalian kepada Allah dan RasulNya dan infaqkanlah sebagian dari harta yang telah Dia jadikan kalian penguasa di dalamnya
Dhomir mustatir pada ‘جعل’ kembali kepada ‘الله’ bukan ‘رسوله’.
Itu dia pembahasan mengenai marji’ dhomir. Semoga bermanfaat.