Dhomir Mustatir dan Dhomir Bariz

Dhomir bariz (الضَّمِيْرُ الْبَارِزُ) adalah dhomir yang memiliki bentuk dalam lafadh.

Contoh dhomir bariz adalah seperti ta’ dalam ‘قُمْتَ’, wawu dalam ‘قَامُوْا’, ya’ dalam ‘قُمِيْ’, dan nun dalam ‘يَقُمْنَ’.

Sedangkan Dhomir mustatir (الضَّمِيْرُ الْمُسْتَتِرُ) adalah dhomir yang tidak memiliki bentuk dalam lafadh, akan tetapi ia di-taqdir-kan di dalam pikiran dan diniatkan.

Contoh dhomir mustatir adalah seperti dhomir yang tidak terlihat dalam ‘اكْتُبْ’ yang mana taqdirnya adalah ‘اكْتُبْ أَنْتَ’.

Contoh Dhomir Mustatir

Dhomir mustatir bisa saja untuk mutakallim, seperti contoh:

أَكْتُبُ

نَكْتُبُ

Juga untuk mufrad mudzakkar mukhathab, seperti contoh:

تَكْتُبُ

اكْتُبُ

Dan untuk mufrad ghaib dan ghaibah, seperti contoh:

عَلِيٌّ كَتَبَ

عَلِيٌّ يَكْتُبُ

فَاطِمَةُ كَتَبَتْ

فَاطِمَةُ تَكْتُبُ

Macam-macam Dhomir Mustatir

Dhomir mustatir dibagi menjadi dua macam, yaitu:

  1. Mustatir secara wajib

Yang dimaksud dengan dhomir mustatir secara wajib adalah kedudukannya tidak sah untuk digantikan oleh isim dhohir. Dhomir tersebut ada dalam enam tempat, yakni dalam:

  • Fiil yang disandarkan pada mutakallim baik mufrad atau jama’, contoh: ‘أَجْتَهِدُ, نَجْتَهِدُ’
  • Fiil yang disandarkan pada mufrad mukhathab, contoh: ‘اجْتَهِدْ’
  • Isim fiil yang disandarkan pada mutakallim atau mukhathab, contoh: ‘أُفٍّ, صَهْ’
  • Fiil ta’ajjub dengan wazan ‘مَا أَفْعَلَ’, contoh: ‘مَا أَحْسَنَ الْعِلْمَ’
  • Fiil istitsna’ (خَلَا, عَدَا, حَاشَا, لَيْسَ, لَايَكُوْنُ), contoh: ‘جَاءَ الْقَوْمُ مَا خَلَا زُهَيْرًا, أَوْ لَيْسَ زُهَيْرًا, أَوْ لَايَكُوْنُ زُهَيْرًا’

Dhomir dalam fiil istitsna’ adalah dhomir mustatir secara wajib, yang mana taqdirnya adalah ‘هُوَ’ yang kembali pada mustatsna minhu.

Namun ada golongan ahli nahwu yang berpendapat berbeda, yakni dhomir yang ada dalam fiil tersebut kembali kepada ‘البعض المفهوم من الإسم السابق’ atau sebagian yang dipahami dari isim sebelumnya sehingga taqdirnya adalah ‘جَاءَ الْقَوْمُ خَلَا الْبَعْضُ زُهَيْرًا’.

Golongan yang lain berpendapat bahwa dhomir tersebut kembali pada ‘الإسم الفاعل المفهوم من الفعل قبله’ atau isim fail yang dipahami dari fiil sebelumnya sehingga taqdirnya adalah ‘جَاءَ الْقَوْمُ خَلَا الْجَائِيْ زُهَيْرًا’.

Lalu ada pula yang berpendapat bahwa dhomir tersebut kembali kepada mashdar fiil sebelumnya sehingga taqdirnya adalah ‘جَاءَ الْقَوْمُ خَلَا الْمَجِيْءُ زُهَيْرًا’.

Menurut Syeikh Mushthafa al-Ghalayaini, dua pendapat yang pertama tadi adalah pendapat yang paling mendekati kebenaran.

Di luar pendapat di atas, masih ada lagi pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa fiil-fiil istitsna tidak memiliki fail dan tidak memiliki maf’ul. Menurut mereka, fiil-fiil tersebut pantasnya menggantikan ‘إِلَّا’ dan harusnya menggantikan posisi huruf sedangkan huruf tidak membutuhkan pada fa’il dan maf’ul, sehingga isim yang jatuh setelahnya dibaca nashab karena istitsna. Pendapat ini adalah pendapat yang sangat cerdas dan mendetail yang akan dibahas dalam Bab Istitsna’.

  • Mashdar yang menggantikan fiilnya, contoh: ‘صَبْرًا عَلَى الشَّدَائِدِ’

Taqdirnya yaitu ‘اصْبِرْ أَنْتَ عَلَى الشَّدَائِدِ’. Dhomir tersebut mustatir secara wajib.

  • Mustatir secara jawaz

Yang dimaksud dengan dhomir mustatir secara jawaz adalah ia boleh digantikan posisinya oleh isim dhohir.

Dhomir mustatir secara jawaz terjadi pada dua hal, yakni dhomir untuk mufrad mudzakkar ghaib, dan mufrad muannats ghaibah (kecuali fiil istisna’ dan fiil ta’ajjub).

Perhatikan contoh di bawah ini:

سَعِيْدٌ يَجْتَهِدُ

يَجْتَهِدُ سَعِيْدٌ

Pada contoh pertama fiil mudlari’ me-rafa’-kan dhamir mustatir yang taqdir-nya adalah ‘هُوَ’ yang kembali kepada ‘سَعِيْدٌ’. Sedangkan contoh kedua tidak, fiil mudlari’ tersebut me-rafa’-kan isim dhahir dan tidak ada dhomir di dalam ‘يَجْتَهِدُ’.

Begitu juga dengan contoh:

فَاطِمَةُ تَجْتَهِدُ

تَجْتَهِدُ فَاطِمَةُ

Pada contoh pertama, fa’il-nya ‘تَجْتَهِدُ’ adalah dhomir mustatir taqdir-nya yaitu ‘هِيَ’ yang kembali kepada ‘فَاطِمَةُ’. Sedangkan pada contoh kedua, fa’il-nya ‘تَجْتَهِدُ’ adalah ‘فَاطِمَةُ’.

Adapun contoh dhomir mustatir secara wajib seperti:

نَجْتَهِدُ

Di dalamnya terdapat dhomir mustatir yang wajib tidak terlihat dan ia tidak boleh digantikan dengan isim dhohir maupun dhomir bariz, sehingga contoh di bawah ini adalah salah:

نَجْتَهِدُ التَّلَامِيْذُ

Sedangkan apabila ada contoh seperti:

نَجْتَهِدُ نَحْنُ

‘نَحْنُ’ pada contoh di atas bukanlah fa’il dari ‘نَجْتَهِدُ’ melainkan ‘نَحْنُ’ adalah taukid dari dhomir mustatir yang menjadi fail-nya ‘نَجْتَهِدُ’.

Itulah dia pembahasan mengenai ‘Dhomir Bariz dan Dhomir Mustatir’. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Komentar