Mungkin sudah maklum diketahui banyak orang tentang beliau Syeikh Zakaria Al-Anshari khususnya di kalangan pesantren. Beliau bernama lengkap Abu Yahya Zakaria Ibn Muhammad Ibn Ahmad Ibn Zakaria Al-Anshari As-Saniki Azh-Zhahiri Asy-Syafi’i.
Selain menghafal al-Qur’an, Syeikh Zakaria Al-Anshari muda juga menghafalkan kitab Umdah Al Ahkam dan beberapa bagian kitab Mukhtashar at-Tabrizi. Setelah itu, ia pindah ke Kairo dan tinggal di Masjid Al-Azhar. Di tempat itu, beliau menghafal beberapa kitab lain seperti Al-Minhaj Al-Far’i, Alfiyah Ibn Malik, Asy-Syatibiyah (qira’at), dan sebagian Al-Minhaj Al-Ashli.
Dalam Buku ‘Ensiklopedia Lengkap Ulama Ushul Fiqh Sepanjang Masa’ karya Abdullah Musthafa Al-Maraghi dijelaskan bahwa Syaikh Zakariya Al-Anshari merupakan ulama’ besar pada zamannya tak pelak beliau mempunyai murid yang sulit untuk dihitung.
Beberapa murid yang terkenal adalah Ibnu Hajar Al-Haitami, dalam buku mengenai guru-gurunya Ibnu Hajar Al-Haitami mengatakan, “Aku datang ke tempat guru kami, Syeikh Zakaria. Hal ini karena dalam pandanganku, beliau merupakan ulama besar yang konsisten dan seorang imam terkemuka. Dari beliau aku mendapat hadist-hadist dengan tingkatan akurasi para ulama terkemuka, Hujjah Allah (argumentator Allah), dan pemegang bendera Madzhab Syafi’i. Di tangannya, segala kesulitan dalam masalah masalah fiqih teratasi, beliau memiliki jaringan transmisi keilmuan yang tak terputus. Beliaulah satu satunya ulama pada masa itu yang memilki jalur hadist (sanad) yang tinggi.”
Zakaria al-Anshari di-Bully
Ada kisah unik di balik maqam beliau menjadi ulama besar pada zamannya yang jarang diketahui publik, yakni beliau menjadi ulama disebabkan bullying verbal teman kuliahnya di Al-Azhar, kisah ini terekam jelas di kitab Kunuz as-Sa’adah al-Abadiyah fi al-Anfaasi al-Aliyyah al-Habsyiyyah (hal. 412).
Suatu hari, Syeikh Zakaria Al-Anshari masuk kuliah di Universitas Al-Azhar Mesir dengan memakai imamah (surban) berukuran besar layaknya ulama terkemuka. Tiba-tiba ada seseorang yang berkata kepada beliau dengan nada menghina, “ Telah masuk seorang guru besar islam (syaikh al-islam).” Kalimat tersebut begitu mengena dalam hati Zakaria al-Anshari.
Setelah kejadian itu, Syeikh Zakaria Al-Anshari bersumpah tidak akan keluar (boyong) dari Universitas Al-Azhar sampai suatu saat ia mendapat predikat “Syaikh al-Islam” atau sampai meninggal dunia, dan sumpah beliau terpenuhi.
Beliau menjadi bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk mencari ilmu. Pada akhirnya beliau mendapatkan apa yang diinginkan. Sekarang beliau memang benar-benar dijuluki Syaikhul Islam, bahkan juga mendapuk sebagai Qadi al-Qudhot, Hakim Agung Mazhab Syafi’i di Mesir.
Pesan yang dapat kita ambil dari kisah tersebut adalah cara terbaik dalam membalas bullying adalah mematahkan bully-an tersebut dengan pembuktian nyata bahwa kita bisa menjadi lebih baik dan tidak pantas untuk diremehkan.
Penulis: Ahmad Yaafi Kholilurrohman – Alumni Santri Pon. Pes Al-Amien Jember, IG: @Yaafie_17