Lulusan Pesantren Mau Jadi Apa?

Lulusan Pesantren, Mau Jadi Apa?

Susan dan Enes. Lulusan pesantren mau jadi apa

Lulusan pesantren mau jadi apa? adalah pertanyaan unik yang bisa saja kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak unik? Ketika insan-insan yang dikonotasikan hanya berkutat dengan belajar ilmu agama dan digembleng dalam ‘penjara suci’ ini dipertanyakan kontribusinya kelak setelah terjun ke masyarakat.

Pandangan mengenai lulusan pesantren cocoknya menjadi ustadz ngaji, kyai kampung, mudin, merbot, imam masjid dsb adalah pandangan umum yang tidak sepenuhnya benar. Karena faktanya santri dididik untuk tujuan yang lebih mulia dan lebih universal sehingga santri benar-benar bisa menjadi rahmatan lil alamin.

Nyuwun Sewu, jika ada pandangan miring mengenai santri dalam konteks dunia kerja bahwa santri kurang memiliki kecakapan tuntutan kerja saat ini dan keahlian yang dibutuhkan di dunia modern. Hal ini jangan sampai membuat teman-teman santri menjadi merasa inseqyur (bil qof) dan kurang pede. Justru dengan adanya pandangan ini, santri menjadi tertantang untuk membuktikan bahwa pandangan tersebut adalah keliru.

Percayalah pandangan tersebut muncul hanya karena berdasarkan ‘menilai buku hanya dari sampulnya saja’ dan mereka belum memahami bagaimana rasanya menjadi seorang santri. Dengan pengalaman langka yang hanya bisa didapatkan di pondok pesantren, mulai dari proses survive di ‘Penjara Suci’, kemandirian hingga solidaritas pertemanan, santri menjadi sosok pribadi yang unik dan berbeda. Hal seperti inilah yang tidak dimiliki oleh orang lain yang belum merasakan indahnya hidup di pesantren.

Pesantren Adalah Laboratorium Kehidupan Masyarakat

Pesantren adalah tempat tinggal atau mukimnya santri dalam belajar dan mencari ilmu. Secara etimologi, pesantren berasal dari kata ‘santri’ yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memiliki dua pengertian yaitu; 1) Orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh orang saleh, 2) Orang yang mendalami pengajiannya dalam Agama Islam dengan berguru ke tempat yang jauh. Tempat belajar dan mukimnya santri ini yang biasanya orang jawa menyebutnya sebagai ‘pondok’ atau ‘pesantren’ atau sering pula ‘pondok pesantren’, di mana menurut pendapat para ilmuwan, istilah pondok pesantren adalah merupakan dua istilah yang mengandung satu arti.

Menurut Nurcholish Madjid, pesantren adalah artefak peradaban Indonesia yang dibangun sebagai institusi pendidikan keagamaan bercorak tradisional, unik dan indigenous (local wisdom). Kehidupan pondok pesantren yang seluruh kegiatannya didasarkan dengan nilai-nilai keagamaan ini menjadi salah satu lembaga kuno yang mengajarkan berbagai ilmu agama.

Namun dalam perkembangannya, pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam bukan hanya mengajarkan tentang ilmu agama, namun juga mengajarkan ilmu-ilmu umum lainnya. Lembaga pesantren ini sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia memiliki peran besar dalam proses keberlanjutan pendidikan nasional. Ada beberapa keunggulan pendidikan yang ada di pesantren, di antaranya yaitu Ilmu Fiqih, Tafsir, Hadits, Bahasa dan Tahfidz. Di mana ilmu-ilmu seperti inilah yang menjadi kebutuhan di masyarakat sehingga mempelajari ilmu seperti ini memiliki kepentingan yang mendesak.

Hal ini menunjukan bahwa betapa pentingnya peran pesantren sebagai lembaga pendidikan dalam mengasah kemampuan dan pemahaman santri. Pondok Pesantren  menjadi wadah inkubasi dan kawah candradimuka bagi santri untuk mematangkan keilmuan dan proses pengalamannya yang kemudian dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Pesantren juga secara faktual telah menjadi salah satu motor perubahan bangsa ini melalui kegiatan pendidikannya. Sehingga, Pondok Pesantren juga dapat dikatakan sebagai laboratorium kehidupan, sebagai tempat belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspek kehidupan.

Karakter Santri dan Segala Bentuk Keunggulannya

Hidup jauh dari orang tua menjadi salah satu tantangan baru ketika awal masuk pesantren. Ditambah lagi, kehidupan pesantren yang semakin padat menuntut para santri untuk beradaptasi dan disiplin dengan kegiatan tersebut. Berbagai permasalahan yang dihadapi serta tempaan mental yang luar biasa tersebut mempengaruhi karakter para santri, yang kemudian karakter inilah yang menjadi keunggulan para santri. Karakter santri yang terbentuk akibat pembiasaaan terhadap keistiqomahan atau konsistensi dalam menghadapi aktivitas Mereka dipaksa untuk tetap survive dan bertahan dalam kehidupan pesantren untuk tidak mudah menyerah dan putus asa.

Pesantren yang merupakan ladang penanaman spiritual atau dilatih untuk tazkiyat an-nafs (pembersihan hati) melalui amal ibadah seperti amalan zikr dan puasa membentuk santri yang berkarakter. Nilai integritas yang tidak diragukan dari santri berperan penting dan menjadi media percontohan orang lain di luaran sana. Karakter yang dimiliki santri mulai dari kerja keras, hemat, dermawan, berjiwa sosial menjadikan karakter santri yang jauh dari intoleransi, pemberontakan apalagi radikalisme atau terorisme.

Selain itu, Pesantren yang merawat khazanah kearifan lokal tidak hanya mengajarkan kecerdasan intelektual, tapi juga ilmu agama dan kehidupan yang bermanfaat untuk diterapkan di Masyarakat. Nilai-nilai kemasalahatan di masyarakat menjadi pegangan para santri dalam kehidupan di masyarakat. Sehingga, santri yang memiliki kesadaran berbangsa dan beragama menjadi sifat keterbukaan yang memberikan khidmah dan pengabdian kepada masyarakat dan bangsa.

Lulusan Pesantren Mau Jadi Apa?

Pak Tarno Jadi apa proko prok prok. Lulusan pesantren mau jadi apa

Menjadi lulusan pesantren nyatanya menjadi kontradiksi di masyarakat, bahwa ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa santri atau alumni pesantren kurang memiliki kredibilitas dalam dunia pekerjaan. Padahal melalui pesantren, sumber daya manusia (SDM) yang kreatif, produktif, inovatif, toleran, religious serta berwawasan global dikonstruksikan.

Hal ini dikarenakan keunggulan pesantren yang terletak pada proses pendidikan yang tidak hanya menitikberatkan pada pemahaman pengetahuan agama atau ilmu umum lainnya akan tetapi juga pada pendisiplinan dan ketrampilan hidup. Pendidikan karakter yang ada di pesantren ini memiliki banyak manfaat baik kepada diri sendiri maupun lingkungan di sekitarnya.

Sehingga, alumni atau lulusan Pesantren bukan hanya berprofesi sebagai pendakwah, ustadz/ustadzah, guru agama ataupun kiai apalagi sebatas ‘aku ingin jadi hafidz Quran’. Mereka juga berkompeten untuk berprofesi sebagai pedagang, buruh, penulis, peneliti, wartawan, politisi, guru, dokter, ekonom serta beragam profesi lainnya.

Dalam lulusan skala pendidikan internasional, alumni pesantren bukan hanya dapat melanjutkan pendidikan ke Mesir, Iraq atau negara Islam lainnya. Ada banyak santri atau lulusan pesantren yang melanjutkan fokus keilmuannya di negara-negara dengan IPTEK yang tinggi, ada yang di Jerman, Jepang hingga ke Singapura. Hal ini juga sama berlaku di dalam negeri, lulusan pesantren pun tak melulu melanjutkan ke UIN, IAIN, STAIN atau institut dan universitas keagamaan lainnya, sudah banyak para santri lulusan pesantren yang melanjutkan pendidikannya ke universitas bergengsi di Indonesia seperti UI, UGM, ITB, Unair, Unpad, ITS, UPI, UNEJ dan perguruan tinggi lainnya.

Figur Santri sebagai Tokoh Bangsa

Santri memiliki peran besar dalam perkembangan bangsa Indonesia, mulai dari jaman penjajahan, resolusi jihad hingga zaman sekarang ini. Ada banyak tokoh bangsa dengan kapasitas keilmuan tinggi yang merupakan lulusan pesantren. Gus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid adalah salah satu contoh lulusan pesantren yang berhasil menjadi Presiden Republik Indonesia. Ada juga Cak Nur, Cak Nun, KH Idham Chalid, Hidayat Nur Wahid, KH Hasyim Muzadi, Dien Syamsudin, Yudi Latief, Khofifah Indah Parawangsa, Ida Fauziyah Menteri Tenaga Kerja maupun Menteri Agama saat ini Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) yang sudah dikenal luas baik di Indonesia maupun dunia internasional.

Selain dalam bidang kenegaraan, ada banyak alumni pesantren yang menjadi guru besar di perguruan tingi seperti Prof Dr K Yudian Wahyudi, yaitu Profesor dan Guru Besar di Tufts University, Amerika Serikat. Kemudian sebagai penulis ada Ahmad Fuadi dan Habiburrahman El Shirazy hingga sebagai grup band yang sudah malang melintang di Indonesia ada Wali Band, yang seluruh personilnya adalah lulusan pesantren.

Sederet nama-nama tersebut membuktikan bahwa alumni pesantren tidak hanya berkecimpung di bidang keagamaan saja tetapi dan juga di bidang-bidang lainnya. Di mana alumni pesantren tidak boleh gagap ketika berhadapan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. Pada zaman yang bisa berubah kapan saja, santri dituntut untuk bisa menafsirkan dan mentakwilkan diri menjadi manusia yang bisa bermanfaat dalam arti yang luas.

Semoga hal ini dapat menjadi motivasi bagi para santri untuk semangat dalam menimba ilmu dan menggapai cita-cita masing-masing, sehingga ilmu yang kita miliki dapat menjadi keberkahan dan keridhoan dari Allah SWT.

Wallahu a’lam bishawab

Penulis: Muhammad Davan Fernanda
Seorang Mahasiswa Sains yang tertarik di dunia kepenulisan
Follow IG-nya @davan.fernanda

Tinggalkan Komentar