Cara Mengatasi Stres dan Mengelola Masalah untuk Menuju Keluarga Sakinah

Cara Mengatasi Stres dan Mengelola Masalah untuk Menuju Keluarga Sakinah

Membangun keluarga adalah menyatukan dua orang yang berbeda untuk saling memahami dan melengkapi. Dua individu yang berbeda ini disatukan oleh ikatan perkawinan dengan tujuan menjadi keluarga sakinah.

Menikah merupakan salah satu tanda kebesaran Allah swt. Menikah berarti suatu aktivitas yang bernilai ibadah dan merupakan sunnah Rasul dalam kehidupan sebagaimana ditegaskan dalam salah satu hadist, ”Barang siapa yang dimudahkan baginya untuk menikah, lalu ia tidak menikah maka tidaklah ia termasuk golonganku” (HR. al-Thabrani dan al-Baihaqi).

Namun, dalam keluarga, wajar jika ada masalah. Timbulnya masalah bisa memunculkan gelombang stres yang menghantui setiap anggota keluarga sehingga perlu diketahui bersama mengenai cara mengatasi stres dan mengelola masalah untuk menuju keluarga sakinah.

Cara Mengatasi Stres dan Mengelola Masalah untuk Menuju Keluarga Sakinah

Menuju Keluarga Sakinah

Keluarga sakinah berasal dari Istilah “sakinah” digunakan al-Qur’an untuk menggambarkan kenyamanan keluarga. Istilah ini memiliki akar kata yang sama dengan “sakanun” yang berarti tempat tinggal.

Istilah itu digunakan dalam Al-Qur’an untuk menyebut tempat berlabuhnya setiap anggota keluarga dalam suasana yang nyaman dan tenang, sehingga menjadi lahan subur untuk tumbuhnya cinta kasih (mawaddah wa rahmah) di antara sesama anggotanya.

Alhasil, kata sakinah yang digunakan untuk menyifati kata “keluarga” merupakan tata nilai yang seharusnya menjadi kekuatan penggerak dalam membangun tatanan keluarga yang dapat memberikan kenyamanan dunia sekaligus memberikan jaminan keselamatan akhirat.

Ketika kita sedang menghadapi masalah yang sampai membuat kita stres itu bisa memberikan efek yang sangat besar dalam kehidupan kita, ketika pikiran berlebih bisa mempengaruhi fisik dan psikis kita. Berikut ini adalah tips dan solusi mengelola stres dalam menghadapi masalah dalam keluarga :

1. Komunikasi terbuka

Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah dalam hal komunikasi, karena dengan komunikasi yang terbuka kedua pasangan bisa saling memahami satu sama lain. Memang pernikahan adalah proses menyatukan dua orang yang berbeda sifat, latar belakang, prinsip keluarga dan lainnya karena itu suami istri harus saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing agar sedikit terhindar dari suatu masalah.

2. Berbagi tugas dan saling melengkapi

Anggota keluarga bersama-sama menentukan kegiatan apa yang lebih dulu dijadikan prioritas dalam keluarga agar keluarga tidak kebingungan dan kelelahan. Misalnya istri membagi tugas untuk anggota keluarganya, ayah memiliki tugas membeli gas dan membuang sampah tiap pagi, kakak memiliki tugas membersihkan kamarnya dan pel lantai tiap sore hari, adik memiliki tugas bersihkan kamarnya sendiri dan bersihkan mainan, sedangkan ibu memiliki tugas mencuci baju, mencuci piring, memasak dan lain-lain.

Walaupun terkadang ibu memiliki tugas yang lebih banyak akan tetapi ketika semua anggota keluarga ikut membantu ibu rumah tangga maka setidaknya stres pikiran ibu berkurang dengan dukungan anggota keluarga lainnya.

3. Menghargai waktu bersama

Waktu bersama keluarga adalah waktu yang sangat diminati karena ketersediaan waktu yang banyak bersama keluarga itu jauh lebih membawa kedekatan dan keeratan. Saat menghadapi masalah keluarga dan waktu bersama terbatas, kesulitan tersebut dapat memperbesar permasalahan. Terbatasnya waktu untuk berkomunikasi bersama keluarga bisa menyulitkan penyelesaian masalah.

Oleh karena itu, penting untuk menghargai waktu bersama, dimana kita dapat memanfaatkan waktu luang untuk mendekatkan diri dengan keluarga. Sebagai contoh, pada hari libur kerja, kita bisa menghabiskan waktu bersama keluarga, tanpa perlu pergi terlalu jauh, yang penting momennya berkesan bagi semua anggota keluarga.

Berlibur ke pantai atau puncak semisal. Saat itulah kita dapat berbagi cerita tentang pengalaman selama bekerja, saling mendukung satu sama lain, dan merayakan hal-hal positif yang telah dicapai pasangan. Liburan tidak hanya memberikan ketenangan, tetapi juga membantu kita mengendalikan berbagai masalah yang mungkin dihadapi.

4. Pikiran positif dan penghargaan

Saat menghadapi stres dan masalah dalam hubungan suami istri, hal yang perlu dikembangkan adalah pikiran positif. Mengapa pikiran positif penting? Karena pikiran positif membantu menenangkan emosi stres yang muncul ketika menghadapi masalah. Pikiran positif dapat berasal dari dalam diri sendiri dan juga dari faktor eksternal. Dari dalam diri, kita bisa menenangkan pikiran dan meyakinkan diri bahwa kehidupan ini akan membaik dan selalu ada solusinya. Sementara dari faktor eksternal, salah satu caranya adalah dengan berlibur untuk merangsang munculnya pikiran positif, atau berbicara dengan pasangan untuk bertukar emosi.

Hubungan yang kuat dengan Allah dapat menghasilkan keteguhan hati (kemapanan ruhiyah), sebagaimana Allah tegaskan dalam QS. al-Ra‟d (11): 28. “Ketahuilah dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang”. Keberhasilan dalam meniti kehidupan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh keteguhan hati, ketenangan jiwa, yang bergantung hanya kepada Allah saja (ta’alluq bi(a)llah).

Penghargaan juga diperlukan dalam meminimalisir stres, karena dengan memberikan sedikit hadiah pada diri sendiri ini (self reward) bisa menimbulkan perasaan senang dan positif terhadap suatu masalah. Sebagai contoh, memberikan penghargaan yang simpel pada diri sendiri seperti makanan kesukaan atau kesukaan yang lainnya tanpa berlebihan.

5. Manajemen Masalah

Saat dalam keluarga terjadi masalah yang mengakibatkan konflik yang harus dilakukan adalah mengendalikan konflik dan jangan sampai konflik itu sendiri yang mengendalikan keluarga. Kita harus menyelesaikan segala perselisihan dalam keluarga dengan cara yang sopan dan bijak. Misalnya, seorang istri yang tidak suka dengan sikap suami yang selalu main telepon saat di rumah maka seorang istri harus memberi tahu seorang suami akan rasa yang mengganjal di hati istri dengan cara yang baik. Itulah hal sederhana yang bisa membuat manajemen konflik dan pikiran stres dalam keluarga berkurang atau setidaknya menenangkan.

6. Bersikap fleksibel

Bersikap fleksibel adalah hal yang diperlukan dalam rumah tangga, bersikap fleksibel adalah menerima perubahan yang terjadi dan menganggap bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan keluarga dan itu wajar. Ketika kita sudah menganggap bahwa masalah dalam keluarga ini adalah hal yang umum makan kita saat menghadapi masalah keluarga jadi jauh lebih tenang dan fleksibel.

Kesimpulan

Dengan melakukan hal-hal ini secara konsisten dapat membantu mengurangi stres dan menciptakan lingkungan keluarga yang lebih sakinah. Masalah dalam keluarga adalah hal yang umum terjadi, karena dalam keluarga pasti ada yang namanya dinamika berbeda pendapat atau salah mengartikan satu sama lain. Kita juga perlu akan pemahaman agama yang cukup dalam menghadapi segala masalah dan konflik di dalam keluarga.

Penulis: Yulinda Riski Yanti – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Instagram: @yulindarsk_

Tinggalkan Komentar