Komentar Para Sufi Perihal Taubat

Komentar Para Sufi Perihal Taubat

Taubat merupakan salah satu konsep penting dalam agama Islam yang seringkali dianggap sebagai jalan untuk mendapatkan pengampunan Allah SWT atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.

Taubat juga memiliki makna kembali atau kembali kepada jalan yang benar, sehingga dapat membantu umat muslim untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tidak hanya dalam kalangan ulama dan pemuka agama, konsep taubat juga banyak diperbincangkan oleh para sufi, yang memiliki pemahaman mendalam mengenai spiritualitas dan jalan menuju kesucian hati.

Dalam artikel ini, akan dibahas beberapa komentar dari para sufi mengenai taubat dan pentingnya memperbaiki diri untuk mencapai kedekatan dengan Allah SWT.

Beberapa Komentar Para Sufi Perihal Taubat

Berikut beberapa komentar para sufi perihal taubat:

1. Komentar Abu Ali Al-Daqqaq (w. 405 H)

Abu Ali Al-Daqqaq (w. 405 H) seorang sufi ternama di abad 4-5 Hijriyah mengungkapkan bahwa taubat memiliki tiga tingkatan: pertama Taubah, kemudian Inabah, dan puncaknya Aubah.

Taubah adalah bertaubat karena takut pada hukuman Allah. Inabah adalah bertaubat karena menginginkan pahala, sedangkan Awbah adalah bertaubat bukan karena keinginan memperoleh pahala maupun karena takut siksa, yakni bertaubat demi menjaga perintah.

Ada juga yang mencetuskan bahwa Taubah adalah karakteristik orang yang beriman, merujuk pada firman Allah: bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung (Al-Nur [24]: 31).

Inabah adalah karakteristik para wali Muqorrobin, merujuk pada firman Allah: Dia datang dengan hati yang bertaubat (Qaf [50]: 33). Sedangkan aubah adalah sifat para nabi dan rasul, merujuk kepada firman Allah: Dia sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat kepada tuhannya (Awwab) (Al-Shad [38]: 30, 44).

2. Komentar Ibnu Atha’illah As-Sakandary (w. 1309 M)

Menurut Ibnu Atha’illah As-Sakandary (w. 1309 M) – seorang tokoh Tarekat Syadziliyah dan pengarang kitab Al-Hikam – taubat ada dua macam, yakni: taubat Inabah dan taubat Istijabah.

Taubat Inabah adalah taubat seorang hamba yang takut akan siksa Allah. Sementara taubat Istijabah adalah taubat seorang hamba yang malu akan kemuliaan-Nya.

3. Komentar Dzunnun Al-Mishri (w. 245 H/859 M)

Dzunnun Al-Mishri (w. 245 H/859 M) berkomentar bahwa orang awam bertaubat atas dosa, sedangkan kalangan khawwas (orang spesial yang tingkatannya berada di atas orang awam) bertaubat atas melalaikan atau mengabaikan perintah dan larangan Allah.

4. Komentar Abu Al-Husin An-Nuri (w. 295 H)

Abu Al-Husin An-Nuri (w. 295 H) berkata, taubat adalah meninggalkan segala sesuatu selain Allah.

5. Komentar Sahl ibn Abdullah, Al-Junaid dan Abu Nashr As-Sarraj

Sahl ibn Abdullah berpendapat, taubat adalah jika kau tidak melupakan dosamu. Sedangkan menurut al-Junaid, taubat itu berarti engkau melupakan dosamu.

Mengomentari dua pendapat ini, Abu Nashr As-Sarraj mengatakan, pengertian taubat yang diungkapkan oleh Sahl itu ditujukan kepada orang-orang awam yang baru bertaubat. Sementara yang disampaikan Al-Junaid lebih mengarah kepada para muhaqqiq (mereka yang sudah mapan keimanannya). Mereka sudah tidak lagi mengingat dosa-dosanya karena hatinya sudah diliputi keagungan Allah, hatinya selalu mengingat Allah.

6. Komentar Sufi-Sufi Lain

Sahl ibn Abdullah al-Tustari (w. 283 H) mengatakan, taubat adalah meninggalkan kebiasaan menunda-nunda sesuatu. Abdullah ibnu ali Al-Tamimi mengungkapkan, beda sekali antara mereka yang bertaubat dari dosa dan mereka yang bertaubat dari kelalaian mengingat Allah, dan orang yang bertaubat dari melihat keindahan-keindahan. Abu Bakr Al-Wasithi berkata, taubat nashuha adalah taubat yang tidak menyisakan jejak maksiat apa pun dalam diri pelakunya.

Terakhir ungkapan dari Yahya ibn Muadz Al-Razi (w. 871 M), yakni satu kesalahan yang dibuat setelah bertaubat lebih jelek dibandingkan tujuh puluh dosa yang dilakukan sebelum bertaubat.

Sekian komentar para sufi perihal taubat, semoga bermanfaat.

Penulis: Muhammad Hafizan – Seorang mahasantri di Ma’had Aly Situbondo Takhassus Fiqih dan Ushul Fikih dan santri di Ponpes Salafiyah Syafi’iyah. Follow Instagramnya di @havizan_az

Tinggalkan Komentar