Mencintai Nabi Muhammad Ala al-Urjuzah al-Mi’iyyah Part 2 Blog Series
Sebelum memasuki pembahasan inti, saya akan kembali melanjutkan menjelaskan sekelumit tentang al-Urjuzah al-Mi’iyyah fi Dzikri Hali Asyraf al-Bariyyah (100 bait rajz yang menjelaskan tentang sisi-sisi kehidupan Rasulullah). Bila Anda belum membaa tulisan saya pada part sebelumnya, silahkan dibaca terlebih dahulu.
Tentang al-Urjuzah al-Mi’iyyah
Urjuzah ini ditulis oleh seorang terkemuka dari kalangan Ahlussunah wal Jama’ah, seorang Imam, beliau terkenal dengan karya-karyanya yang sangat berharga dan bermanfaat, terutama syarhnya atas al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah.
Namanya adalah al-Imam al-Qadliy Ali ibn Muhammad ibn Abi al-‘Izz ad-Dimasyqiy al-Hanafiy wafat pada tahun 792 Hijriyyah. Beliau tumbuh dan dididik dalam lingkungan keluarga yang akademis, religius, dan terpandang. Hidup dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan nuansa keilmuan, cinta ulama, dan menuntut ilmu dari ulama tersebut. Salah satu tokoh ahli ilmu yang menjadi gurunya adalah Imam Ibn Katsir, beliau adalah salah satu ulama besar, dari beliaulah Ibn Abi al-‘Izz banyak mengambil ilmu, termasuk syarah al-Aqidah ath-Thahawiyyahnya, setiap kali mengutip pernyataan Ibn Katsir, Ibn Abi al-‘Izz selalu mengatakan, guru kami, “Syekh Imaduddin ibn Katsir…”.
Oleh sebab itu, maka tidak aneh jika kitab nadham ini juga merupakan khulashah (inti sari) dari karya Ibn Katsir yang membicarakan tentang sejarah hidup Rasulullah, hal ini terekam dalam nadham berikut.
وَبَعْدُ هَاكَ سِيْرَةَ الرَّسُـوْلِ (۲) مَنْظُوْمَـةً مُوجَزَةَ الْفُصُولِ
Dalam bait tersebut terdapat kata ‘al-fushul’, kata tersebut ternyata juga mengisyaratkan bahwa dalam menyusun nadham ini, Ibn Abi al-‘Izz terinspirasi dari kitab Ibn Katsir yang berjudul al-Fushul fi sirati ar-Rasul.
Muqaddimah
الْحَمْدُ لِلَّـهِ الْقَــــدِيمِ الْبَارِي (١) ثُـمَّ صَــــــلَاتُهُ عَلى الْمُخْتَــارِ
“Puji Allah Maha Dulu dan Pencipta, dan salawat atas Nabi pilihanNya”
Segala puji bagi Allah yang maha awal dan maha pencipta, kemudian shalawat (rahmat ta’dhim) Allah semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad al-Mukhtar.
Dalam bait tersebut penadham mengawali sirahnya dengan memuji Allah yang Maha Awal dan Maha Pencipta dan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad al-Mukhtar (orang pilihan).
وَبَعْـدُ هَــاكَ سِـــيْرَةَ الرَّسُـوْلِ (٢) مَنْظُوْمَـةً مُوجَـــــزَةَ الْفُصُــولِ
“inilah sejarah Rasul untuk kita, bentuk nadham juga ringkas bahasannya”
Selanjutnya inilah sirah Rasul, dalam bentuk mandhumah (nadham) ringkas yang terbagi dalam beberapa fasal.
Bait ini menerangkan tentang inti pembahasan dalam bait-bait Urjuzah, yaitu mengenai sirahnya Rasulullah Muhammad. Sirah secara bahasa artinya adalah jalan entah itu baik atau buruk. Tetapi ketika kata ini disandarkan pada Rasulullah, maka sirah di sini merupakan sirah (perjalanan hidup) suci yang belum pernah ada sebelumnya dan tidak akan pernah ada yang bisa menyamainya. Sedangkan yang dimaksud sirah nabawiyyah secara istilah adalah penuturan riwayat hidup Rasulullah sejak masa kelahiran hingga wafatnya.
Sirah Rasulullah di sini disajikan dalam bentuk nadham (bait) yang ringkas. Nadham secara bahasa adalah mengumpulkan. Sedangkan maksud nadhm dalam pembahasan kali ini adalah suatu ucapan yang tersusun berdasarkan ritme qafiyah. Fungsi nadham adalah untuk memudahkan menghafal sebuah ilmu tertentu. Oleh sebab itu, banyak sekali ulama yang menggeluti nadham-nadham untuk menyusun dan menjelaskan berbagai cabang ilmu secara teratur dan indah.
Kelahiran Nabi Muhammad
مَوْلِــــدُهُ فِي عَاشِـرِ الْفَضِـيلِ (٣) رَبِيـــعٍ الْأَوَّلِ عَـامَ الْفِيــــــلِ
“Lahir tanggal kesepuluh yang utama, bulan Rabi’ul Awwal gajah tahunnya”
لَكِنَّمَـا الْمَشْـهُورُ ثَـانِي عَشْرِهِ (٤) فِي يَوْمِ الْإِثْنَيْنِ طُـلُوعَ فَجْــــرِهِ
“Namun duabelas tanggal yang tenar, hari Senin saat terbitnya fajar,”
وَوَافَــقَ الْعِشْرِينَ مِنْ نَيْسَـانَا (٥) وَقَبْـــــلَهُ حَـــــينُ أَبِيهِ حَـانَ
“Tepat tanggal duapuluh bulan Naisan (April), ayahanda wafat jelang kelahiran”
Nabi lahir pada tanggal 10 Rabiul Awal tahun Gajah. Tetapi pendapat yang masyhur adalah tanggal 12 hari Senin saat fajar menyingsing. Bertepatan dengan tanggal 20 April. Sebelum kelahiran beliau, sang ayah wafat.
Tiga bait tersebut membahas tentang kelahiran Rasulullah dan yang terkait dengannya. Pembahasan kelahiran merupakan sesuatu yang pertama kali dilakukan oleh para penulis sirah sebelum membahas peristiwa-peristiwa penting lainnya.
Dalam bait di atas pertama dijelaskan bahwa Rasulullah lahir pada tanggal 10 rabiul Awal tahun Gajah. Disebut tahun Gajah karena di tahun tersebut terjadi penyerangan Abrahah dan pasukannya untuk menghancurkan Ka’bah di kota Makkah dengan mengendarai gajah-gajah. Sebagaimana sudah menjadi tradisi orang Arab – dan masyarakat pada umumnya – menamai tahun-tahun bersejarah dengan peristiwa yang teradi pada tahun-tahun tersebut. hal ini juga diabadikan dalam QS. al-Fil 1-5 yang artinya.
“1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? 2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia? 3. dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, 4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, 5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
Berbicara mengenai tanggal kelahiran, para ulama memang berbeda pendapat. Sebagaimana dijelaskan di atas, Rasulullah lahir pada tanggal 10 Rabiul Awal, tetapi dalam pendapat yang paling masyhur beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal. Ada juga yang mengatakan beliau lahir pada tanggal 8 dan seterusnya. Dalam kalender Matahari, kelahiran beliau bertepatan dengan bulan April tanggal 20.
Meskipun demikian, perbedaan ini tidak sampai berdampak pada masalah hukum syari’at. Artinya bagi siapa saja boleh untuk mengambil pendapat mana saja yang menurutnya paling memuaskan asalkan sumber dan sanadnya jelas. Jadi tidak ada kebenaran mutlak dalam salah satu pendapat tersebut. Oleh sebab itu, jika ada orang yang memastikan salah satu pendapat dan menyalahkan pendapat lain dan menganggap berdosa jika tidak sesuai pendapatnya, maka hal tersebut sangat tidak berdasar sama sekali.
Mengenai jarak waktu antara peristiwa serbuan Tentara Gajah dan kelahiran Rasulullah para ahli sejarah juga berbeda pendapat, namun pendapat yang paling masyhur adalah lima puluh hari.
Rasulullah dilahirkan pada hari Senin, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim.
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ؟ قَالَ: «ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ – أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
Artinya: “dari Abu Qatadah, bahwasanya Rasulullah pernah ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab: hari tersebut adalah hari di mana aku lahir, kemudian diutus sebagai Rasul, dan diturunkan al-Quran kepadaku.”
Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa hari Senin adalah hari kelahiran Rasulullah, hari diturunkannya al-Quran kepada beliau, hari keberangkatan hijrah dari makkah ke Madinah, juga hari tiba di Madinah, dan Rasulullah wafat.
Kemudian dalam bait terakhir di atas, dijelaskan bahwa ayahanda Rasulullah meninggal sementara Rasulullah masih dalam kandungan. Para pakar berselisih tentang kapan ayah Rasulullah meninggal, apakah sebelum atau setelah Rasulullah dilahirkan. Namun pendapat yang paling sahih adalah sebelum kelahiran baginda Rasul. Sebagaimana ditetapkan dalam Sirahnya Ibn Ishaq.
Nabi Muhammad Masa Kecil
وَبَعْـــدَ عَــامَيْنِ غَدَا فَطِـيمَا (٦) جَائَتْ بِـــهِ مُرْضِــعُهُ سَلـِيمَـا
“Setelah dua tahun masuk sapihan, sehat dikembalikan ibu susuan,”
حَلِيــــــمَةٌ لِأُمِّـهِ وَعَـــادَتْ (٧) بِـهِ لِأَهْـــــلِهَـــا كَمَــا أَرَادَتْ
“Halimah menyerahkan pada ibunda, dan dibawa lagi seperti inginnya”
Setelah genap berusia dua tahun, beliau disapih, kemudian dibawa oleh ibu susuannya dalam keadaan sehat. Oleh Halimah diserahkan kepada ibundanya, lalu wanita ini meminta agar diizinkan membawa beliau lagi kepada keluarganya sebagaimana keinginannya.
Dalam bait tersebut dijelaskan setelah usia Rasulullah genap dua tahun, maka kemudian beliau disapih oleh ibu susuannya dan kemudian dikembalikan kepada ibunya dalam keadaan sehat bugar. Mengenai masa sapih ada sebuah ayat dalam al-Baqarah ayat 233 yang artinya:
233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Nama ibu susuan beliau adalah Halimah bintu Abi Dzuaib as-Sa’diyyah, seorang wanita dari bani Saad. Para ulama berbeda pendapat tentang status keislaman ibu Halimah.
Kemudian Pe-nadham menjelaskan dalam bait tersebut tentang keinginan ibu Halimah untuk diberikan kesempatan oleh Ibu Aminah dalam merawat Rasulullah untuk beberapa waktu ke depan. Hal itu disebabkan Halimah sangat menyayangi Rasulullah.
Ibu Halimah mencintai pribadi Rasulullah yang selalu mendatangkan keberkahan, di mana hal ini tak pernah ia jumpai pada diri anak-anak susuan yang pernah ia rawat sebelumnya, maka kemudian ia berkeinginan supaya ibu Rasulullah merelakan putranya untuk dibawa pulang lagi untuk beberapa waktu yang lebih lama lagi.
Dalam sebagian riwayat, Ibu Halimah mengajukan alasan tentang kekhawatirannya terhadap cuaca dan kondisi lingkungan kota Makkah yang kurang mendukung untuk tumbuh kembang Rasulullah, berbeda dengan kampungnya yang bersih dan sehat. Setelah mempertimbangkan alasan tersebut, maka kemudian Ibu Aminah merelakan putranya untuk dibawa pulang lagi oleh ibu susuannya.
Dada Dibelah, Hati Dibersihkan
فَبَعْدَ شَـهْرَيْنِ انْشِــقَاقِ بَطْنِـهِ (٨) وَقِيْلَ بَعْــدَ أَرْبَعٍ مِـنْ سِــــنِّـهِ
“Setelah dua bulan dada dibedah, atau empat tahun bersama Halimah”
Lalu dua bulan kemudian dada beliau dibelah, dan ada yang mengatakan ketika beliau berusia empat tahun.
Dalam bait ini Ibn Abi al-‘Izz menjelaskan tentang peristiwa pembedahan dada Rasulullah untuk yang kali pertama. Peristiwa ini terjadi dua bulan sekembalinya Ibu Halimah dari Ibu Aminah. Namun dalam pendapat lain peristiwa pembedahan dada (perut) yang pertama ini terjadi ketika Rasulullah berusia empat tahun.
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari sekelompok sahabat Rasul, mereka bertanya kepada Rasulullah: Ya Rasulallah! Ceritakan kepada kami tentang dirimu. Beliau menjawab: Baik! Aku adalah dakwah ayahku Ibrahim, kabar gembira saudaraku Isa, di saat ibuku mengandungku, ia melihat cahaya yang menerangi istana-istana Syam. Dan aku dulu disusui di keluarga Bani Sa’d ibn Bakr, pada suatu saat aku dan saudaraku sedang berada di belakang rumah sambil menggembala kambing kami, tiba-tiba datanglah dua orang lelaki berpakaian serba putih dengan membawa sebuah bejana emas yang berisikan air salju, lalu menghampiriku. Kemudian mereka berdua membedah dadaku dan mengeluarkan hatiku, kemudian mereka mengeluarkan sebuah gumpalan darah hitam dan melemparkannya, kemudian setelah itu mereka membasuh hati dan dadaku menggunakan salju tersebut hingga bersih. Setelah itu salah satu di antara mereka berdua berkata kepada temannya. Timbanglah dia dengan sepuluh umatnya! Kemudian salah satu dari dua lelaki tersebut menimbangku (dengan sepuluh orang dari ummatku), maka aku mampu menyamai mereka. Kemudian berkata lagi. Timbanglah dia dengan seratus orang! Kemudian menimbangku (dengan seratus orang dari ummatku), maka aku mampu menyamai mereka. Kemudian berkata lagi. Timbanglah dia dengan seratus orang! Kemudian menimbangku (dengan seribu orang dari ummatku), maka aku mampu menyamai mereka. Kemudian berkata lagi. Tinggalkan dia! Demi Allah seandainya engkau menimbangnya dengan seluruh umatnya, maka dia akan mampu menandingi mereka semua. Riwayat ini disebutkan oleh Ibn Katsir bahwa sanadnya bagus dan kuat.
Bersambung…..
‘Mencintai Nabi Muhammad Ala al-Urjuzah al-Mi’iyyah’ diampu langsung oleh Ust. Ubaidil Muhaimin. Nantikan update selanjutnya hanya di insantri.com
alhamdulillah sangat bermanfaat
kunjungi juga beranda kami
https://www.pattacubsen.org/