Ada beberapa tantangan yang dihadapi umat muslim yang mana bukan lagi menjadi masalah bagi satu atau dua generasi. Salah satu tantangan yang paling serius adalah gerakan LGBTQ atau homoseksualitas.
Sejak 4000 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya kaum Sodom dan Gomorra mulai terlibat dengan homoseksualitas. Perbuatan keji tersebut belum pernah dilakukan oleh Bani Adam sebelumnya.
Al-Walid ibn Abd al-Malik – Khalifah Umawiyah, pendiri masjid Damaskus – mengatakan, “Sekiranya Allah swt. tidak menceritakan kepada kita mengenai berita kaum Nabi Luth, niscaya saya tidak percaya bahwa ada lelaki menaiki lelaki lainnya.”
وَلُوْطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُوْنَ الْفٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ إِنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُوْنِ النِّسَاٙءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُوْنَ
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth, ketika ia berkata kepada kaumnya, “Apakah kalian melakukan perbuatan keji yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu di dunia ini. Sungguh kalian telah melampiaskan syahwat kepada para lelaki bukan kepada para wanita. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas.” (Al-A’raaf 7: 80-81)
Melampiaskan hasrat seksual kepada sesama jenis merupakan hal yang keji dan menyimpang dari fitrah manusia yang diciptakan berpasang-pasangan. Kaum Sodom menampakkan penyimpangan tersebut sebagai sebuah kebiasaan baru yang lazim dilakukan dengan menghiraukan ajakan kebenaran Nabi Luth.
Sebagai penolakan atas ajaran Nabi Luth, kaum Sodom justru memprovokasi untuk mengusir Nabi Luth bersama pengikutnya yang mereka katakan sebagai ‘orang-orang sok suci’ atau mungkin saat ini bisa dikatakan sebagai orang yang kurang ‘open minded’ dan ‘si paling straight’. (lihat Al-A’raaf 7: 82)
Hingga azab pun turun kepada kaum Sodom. Namun sebelum turunnya azab, Nabi Luth dan pengikutnya sudah meninggalkan negara tersebut atas perintah Allah kecuali istrinya yang mendukung perilaku menyimpang kaum Sodom. Hingga akhirnya istri Nabi Luth ikut tertimpa azab bersama kaum Sodom berupa hujan batu dari tanah yang terbakar. (Al-A’raaf 7: 83-84 dan Hud 11: 82-83)
Gempuran Kampanye LGBT
Pada tahun 1973 The American Psychiatric Association (APA) mencabut homoseksualitas dari Manual Statistik dan Diagnostik Penyakit Mental, dan dengan demikian posisi sebelumnya (tahun 1952) yang melihat homoseksualitas sebagai suatu penyakit mental klinis dihapuskan. Langkah ini kemudian di tahun 1975 diikuti oleh The American Psychological Association, dan juga oleh The National Association of Social Workers di Amerika Serikat.
Sejak 1986, ketika Pengadilan Negeri Amerika Serikat mengkriminalisasi perilaku sodomi, para aktifis ‘gay’ mengklaim status minoritas dengan berargumen bahwa homoseksual adalah pilihan gaya hidup. Menurut mereka, orientasi seksual seseorang termasuk homoseksual bersifat natural dan menetap pada seseorang sebagaimana mata, kulit dan warna rambut.
Tidak berhenti di situ, penelitian pun banyak dilakukan sampai sekarang dan salah satu hal yang sering disebarkan oleh aktifis LGBT untuk memvalidasi kenaturalan homoseksual adalah bahwa homoseksual pun banyak terjadi pada beberapa hewan.
Hingga kini, sering bersliweran kampanye dan konten bermuatan LGBT dari sosial media, televisi, perfilman hingga tayangan anak-anak sebagai bentuk propaganda untuk menormalisasikan LGBT di mata masyarakat dengan unicorn dan bendera pelangi.
Puncaknya adalah Piala Dunia FIFA 2022 kemarin di mana Qatar sebagai tuan rumah yang melarang adanya kampanye LGBT menjadi sorotan dunia dan dianggap tidak adil bagi para aktifis LGBT.
Sikap Muslim terhadap LGBT
Sebagai seorang muslim, kita harus membenarkan isi al-Quran dengan tanpa keraguan. Segala sesuatu yang secara jelas diharamkan dalam al-Quran maka kita haramkan.
Kita membenci perbuatan dan dosa homoseksualitas sebagaimana kita membenci perbuatan zina dan dosa besar lainnya tanpa perlu membenci pelaku dan pendosanya serta tanpa perlu memberi kompromi dan memaklumi perbuatan mereka.
قَالَ إِنِّيْ لِعَمَلِكُمْ مِنَ الْقَالِيْنَ
Dia (Luth) berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang yang sangat membenci pada perbuatan kalian”. (Asy-Syu’araa 26: 168)
Bahkan Nabi Luth sendiri sangat membenci perbuatan bejat kaumnya walaupun Nabi Luth sangat mengasihi mereka dengan terus menyampaikan dakwah dan mengajak kepada kebenaran hingga menawarkan putri-putrinya sendiri untuk dinikahi walaupun akhirnya mereka menolak.
Sebagai seorang muslim, kita bisa menjawab argumen aktifis LGBT tentang betapa naturalnya menjadi LGBT karena homoseksualitas itu dibawa sejak lahir dengan hadits Nabi yang mengatakan bahwa setiap manusia dilahirkan atas fitrah. Dan kita tahu fitrah manusia adalah berpasang-pasangan, namun bagaimana nantinya perilaku dan kebiasaan manusia terbentuk sangat dipengaruhi oleh bagaimana pola asuh orang tua, pendidikan, pengalaman dan lingkungan.
Jika memang homoseksual adalah normal karena banyak contoh orang yang akhirnya menjadi homoseks mengapa kita tidak menormalisasikan pembunuhan yang terjadi setiap hari bahkan menjadi dosa kriminal pertama yang dilakukan dalam sejarah umat manusia.
Jika memang homoseksual adalah sangat natural dan alami karena hewan pun menunjukkan perilaku homoseks mengapa kita tidak menganggap manusia memakan rumput sebagaimana sapi, laki-laki hamil sebagaimana kuda laut dan bereproduksi dengan membelah diri sebagaimana amoeba sebagai suatu hal yang harus dimaklumi dan alami bagi manusia karena juga dilakukan oleh hewan. Tentunya manusia adalah makhluk yang seharusnya lebih mulia daripada hewan.
Studi tentang anak kembar yang berbagi DNA yang sama, menunjukkan bahwa jika salah satu adalah homoseksual, sembilan dari sepuluh yang lainnya tidak. Jika ini dibangun ke dalam gen seseorang, ini tidak akan terjadi.
Dr Robert Spitzer telah menulis tentang pengalamannya dengan pengobatan psikologis untuk orientasi seksual dan menemukan bahwa tidak ada depresi yang terjadi akibat “menekan” perasaan tersebut. The American Psychological Association (asosiasi yang menghapuskan homoseksual sebagai penyakit mental) justru menegaskan bahwa tidak ada temuan untuk memvalidasi klaim gay sejak lahir.
Pada dasarnya homoseksual adalah sekelompok orang yang memilih untuk mengidentifikasi dirinya seperti itu. Pada kenyataannya, LGBT bisa menjadi ideologi politik, bukan kecenderungan bawaan.
Al-Quran dan ajaran Rasulullah saw adalah ketentuan yang jelas dan pasti yang tidak bisa diambigukan dan disamarkan kebenarannya oleh aktifis LGBT. Sebagai muslim, kita justru perlu mewaspadai bahaya yang diakibatkan dari suatu hal yang diharamkan.
Apa yang dilakukan oleh seorang muslim jika ada orang mengaku dirinya sebagai lesbian, gay, biseksual, atau trangender?
Jangan permalukan dan menganggap rendah orangnya. Bencilah dosanya dan hadapilah orangnya sebagaimana pecandu alkohol, penyalahguna narkoba, penjudi atau pezinah dengan martabat dan rasa hormat yang kita berikan kepada semua manusia.
Pada saat yang sama, Anda tidak dapat mengkompromikan prinsip dan pendirian mereka dengan prinsip dan pendirian Anda sendiri. Cobalah dan tawarkan bantuan di mana pun kepada mereka untuk dapat membuat perbedaan.