Dalam memilih istri, perawan atau janda menjadi pembahasan yang tidak henti-hentinya diperdebatkan orang-orang. Bagaimana pandangan Islam mengenai hal tersebut?
Literasi hadits menunjukkan kecenderungan keutamaan perawan dibandingkan janda, meskipun nilai keutamaan tersebut tidak bernilai syariah melainkan lebih utama dari segi dinamika kehidupan dunia saja.
Terdapat sebuah hadits yang sering disadur sebagai dalil keutamaan perawan. Salah satunya adalah:
عَن جَابِرِ بنِ عَبدِ اللَّهِ أَنَّ عَبدَ اللَّهِ هَلَكَ، وَتَرَكَ تِسعَ بَنَاتٍ) أَو قَالَ: سَبعَ) فَتَزَوَّجتُ امرَأَةً ثَيِّبًا فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: يَا جَابِرُ تَزَوَّجتَ؟ قَالَ: قُلتُ: نَعَم قَالَ: فَبِكرٌ أَم ثَيِّبٌ؟ قَالَ: قُلتُ: بَل ثَيِّبٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَال: فَهَلَّا جَارِيَةً تُلَاعِبُهَا وَتُلَاعِبُكَ وتُضَاحِكُهَا وَتُضَاحِكُكَ! قَالَ: قُلتُ لَهُ: إِنَّ عَبدَ اللَّهِ هَلَكَ، وَتَرَكَ تِسعَ بَنَاتٍ – أَو سَبعَ -، وَإِنِّي كَرِهتُ أَن آتِيَهُنَّ – أَو أَجِيئَهُنَّ – بِمِثلِهِنَّ، فَأَحبَبتُ أَن أَجِيءَ بِامرَأَةٍ تَقُومُ عَلَيهِنَّ، وَتُصلِحُهُنَّ قَالَ: فَبَارَكَ اللَّهُ لَكَ أَو قَالَ لِي: خَيرًا. (متفق عليه)
Artinya:
Dari Jabir ibn Abdillah, sesungguhnya Abdallah (ayah Jabir) meninggal dunia dan meninggalkan sembilan putri (atau ia mengatakan tujuh) lalu saya (Jabir) menikahi seorang wanita janda lalu Rasulullah saw bertanya kepadaku: “Hai Jabir, kamu menikah?”, Jabir menjawab: “Ya”, Rasulullah bertanya: “Lalu perawan atau janda?”, Jabir menjawab: “Janda, Ya Rasulallah” kemudian Rasulullah “Mengapa tidak perawan saja yang kamu bisa bermain dengannya dan ia bermain denganmu dan kamu bergurau dengannya dan ia bergurau denganmu. Saya (Jabir) berkata kepada beliau: “Sesungguhnya Abdallah (ayah Jabir) gugur (di perang Uhud) dan meninggalkan sembilan (atau tujuh) sedangkan saya tidak suka untuk menghadirkan pada mereka (perempuan baru) yang semisal mereka, saya suka untuk mendatangkan seorang perempuan yang bisa mengurus mereka dan berbuat baik pada mereka”. Rasulullah pun menjawab: “Semoga Allah memberikan berkah kepadamu”, atau beliau menjawab: “Bagus!”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi Muhammad saw sebagai seseorang yang ‘lebih berpengalaman’ dibandingkan sahabat Jabir memberitahukan kepadanya bahwa perawan itu lebih baik daripada janda. “Kok nggak perawan saja, kamu bisa main-main sama dia dan dia bisa main-main sama kamu”.
Tentu saja terdapat konteks humor yang dapat kita pahami dari perkataan Nabi tersebut karena Nabi sendiri juga sudah pernah menikahi janda dan Nabi adalah orang yang suka bercanda bersama sahabat.
Segera setelah Jabir memberikan alasan bahwa dirinya mencari pasangan hidup yang berpengalaman (yakni janda) dalam mengurus saudari-saudarinya yang sangat banyak, Nabi Muhammad tentu saja memuji dan mendoakan keberkahan dalam pernikahan Jabir.
Perawan atau Janda
Sungguh indah sekali memang jika membayangkan kehidupan berumah tangga yang penuh dengan canda tawa, bermain dan betapa menggairahkannya ‘pengalaman pertama’. Kekikukan wanita perawan bisa menjadi tantangan yang menyenangkan dan minimnya pengalaman bisa menjadi kenangan yang tidak terlupakan yang justru bisa menjadi penguat dalam perjalanan belajar berumah tangga.
Namun hal tersebut tidak berati bahwa menikahi janda adalah sebuah aib atau pun membosankan. Semakin banyak pengalaman bisa juga menguatkan kehidupan berumah tangga untuk kehidupan yang lebih baik.
Nabi Muhammad sendiri pernah dicemburui oleh Aisyah karena Khadijah. Aisyah cemburu karena meskipun Khadijah telah lama wafat dan tidak bersama Nabi, Nabi Muhammad sering menyinggung Khadijah, mendoakannya, dan Khadijah (yang notabene seorang janda) tetap memiliki tempat yang istimewa dalam hati Nabi Muhammad saw.
Tanpa melupakan fakta bahwa banyak sekali hadits yang menceritakan betapa mesranya Rasulullah bersama Aisyah bahkan ada sebuah hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah dan Aisyah pernah mandi bersama dalam satu bak.
Secara adil, “perawan atau janda” memiliki tantangan dan gairahnya masing-masing.
Janda adalah orang yang sudah memiliki pengalaman di masa lalunya. Menaklukkan seorang janda bisa menjadi sebuah tantangan yang menarik. Pengalaman yang sudah dilaluinya juga sangat berharga dalam hidup berumah tangga.
Menikahi janda akan berhasil jika suami barunya merupakan pribadi yang lebih baik atau sebanding dengan mantan suami janda. Jika tidak, maka akan membuka peluang bagi si janda untuk membanding-bandingkan dengan pengalamannya yang dulu.
Hal ini pula menjadi hikmah adanya larangan istri Nabi menikah lagi sepeninggal Nabi karena tidak akan ada orang yang lebih baik daripada Nabi Muhammad.
Berbeda dengan menikahi wanita perawan yang tidak memiliki pembanding dalam pengalaman hidupnya. Secara otomatis, hatinya akan lebih terikat pada suami jika ia diperlakukan secara baik oleh suaminya. Sebaliknya jika ia diperlakukan dengan buruk, maka ia akan lebih trauma dengan ‘laki-laki’ sebagai pengalaman pertamanya.
Jadi “perawan atau janda” mana yang lebih baik kembali lagi pada pribadi masing-masing.
Sederhananya, bagi yang ingin mencari pengalaman silahkan cari yang perawan dan bagi yang ingin memanfaatkan pengalaman silahkan mencari janda. Win win solution.