Luar Biasa! Kontribusi Dunia Islam dalam Musik

Luar Biasa! Kontribusi Dunia Islam dalam Musik

Seberapa besar kontribusi dunia Islam dalam musik akan dibahas dalam postingan ini. Terlepas dari pro-kontra hukum musik menurut pandangan para ulama’, fakta-fakta sejarah justru menunjukkan begitu besarnya kontribusi yang dunia Islam berikan dalam musik.

Do Re Mi atau Dal Ra’ Mim

Musik menyatukan perbedaan. Ia bisa menembus melintasi berbagai benua, negara, budaya, dan alam. Sebagaimana bahasa, musik mampu kita gunakan untuk berkomunikasi dan mengutarakan hal-hal yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Namun apakah para seniman dan musisi zaman sekarang tahu bahwa banyak hal tentang musik bisa menyeret kembali kepada seniman muslim di timur tengah pada abad ke-9? Seniman-seniman muslim tersebut, khususnya al-Kindi telah menggunakan notasi musik – sebuah sistem menulis musik. Mereka juga memberikan nama not pada sebuah skala musik, namun bukan dengan huruf melainkan silabel yang kemudian dinamakan solmisasi (solmization). Dengan silabel-silabel tersebut pula terbentuk skala dasar pada musik yang kini kita ketahui. Kita semua pasti familiar dengan do, re, mi, fa, sol, la, si bukan? Musisi muslim pada abad ke-9 sudah menggunakan dal, ra’, mim, fa’, shad, lam, sin sebagai skala dasar dalam musik. Kemiripan antara versi sekarang dan versi arab abad-ke-9 merupakan hal yang mencengangkan.

Musisi tradisional maroko
Musisi tradisional maroko

Setelah 70 tahun setelah al-Kindi, al-Farabi membuat rababah (pendahulu bagi keluarga biola) dan qanun (sebuah meja kecapi/sitar). Ia menulis 5 buku tentang musik namun “al-Musiqi al-Kabir (Kitab Besar Musik)” adalah karyanya yang paling hebat dan menjadi masterpiece dari al-Farabi. Pada abad ke-12 M, buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan kemudian ke dalam bahasa Latin. Pengaruh al-Farabi dan bukunya berlangsung hingga abad ke-16 M.

Manuskrip abad ke-18 komposisi musik dan rhytm menampilkan quitara atau gitar
Manuskrip abad ke-18 komposisi musik dan rhytm menampilkan quitara atau gitar

Musik Arab Menyentuh Eropa

Musik arab menyentuh hingga ke Eropa dengan adanya musisi keliling, pedagang dan musafir. Dan hal ini pula yang berpartisipasi dalam membentuk budaya dan seni di Spanyol dan Portugal dibawah 800 tahun kekuasaan Muslim. Salah satu dari contoh yang paling dulu terjadi tentang pengaruh ini bisa ditemukan dalam koleksi ‘Cantigas de Santa Maria’ yang terdiri dari 1252 atas perintah Alfonso X Sabio, Raja Castilla dan Aragon. Koleksi ini terdiri dari 415 lagu religi berkisah tentang Si Perawan Maria.

Dua musisi digambarkan dalam Cantigas de Santa Maria abad ke-13
Dua musisi digambarkan dalam Cantigas de Santa Maria abad ke-13

Banyak perorangan juga ambil bagian pada penyebaran musik ke Eropa. Salah satunya yaitu pengaruh dari Ziryab Sang Burung Hitam. Pemilik suara merdu dan kulit gelap ini merupakan musisi baghdad yang terkenal dengan bakatnya yang cemerlang hingga mampu menyalip gurunya sendiri. Sampai ia diundang oleh Kekhalifahan Umayyah ke Andalusia.

Ziryab tinggal di Istana Cordoba pada tahun 822 M, yang mana di bawah kekuasaan Khalifah Abd al-Rahman II. Ia menemukan kemakmuran dan pengakuan atas seni dengan menjadi penghibur istana dengan bayaran 200 dinar emas per bulan berserta hak-hak istimewa lainnya.

Sang Burung Hitam memiliki pencapaian yang banyak, termasuk mendirikan sekolah musik pertama di dunia di Cordoba, mengajar harmonisasi dan komposisi musik, memperkenalkan kecapi Arab (yang berbahasa Inggris lute sedangkan bahasa Arabnya al-‘ud) ke Eropa dan menambahkan senar bass kelima ke dalamnya, mengganti plektrum/pick kayu (benda kecil untuk memetik alat musik berdawai) dengan bulu dari burung hering/bangkai (vulture), dan menyusun ulang teori musik secara keseluruhan dengan mengatur parameter metrik/irama bebas dan parameter ritmik.

Henry Terrasse, seorang sejarawan Prancis abad 20, mengatakan, “Setelah kedatangan orang oriental ini (Ziryab), angin segar dan kehidup mewahan berhembus di Cordoba. Atmosfer dipenuhi dengan puisi, keindahan kesenangan mengelilingi Ziryab. Ia menggubah lagunya pada malam hari ditemani dua orang yang siap melayani dengan memainkan lute. Ia memberikan seninya dengan suatu nilai yang tak tertandingi.”

Music and War (Musik dan Perang)

Kerajaan Ottoman merupakan kerajaan Euro-Asian pertama yang memiliki band musik militer. Pada tahun 1299, Mehterhane Musik Band yang terkenal mengikuti Sang Sultan pada ekspedisinya. Hadir di tengah peperangan untuk meningkatkan semangat para tentara sekaligus menciutkan nyali musuh. Janissary, pasukan elit, juga memiliki sebuah band yang terdiri dari 6 sampai 9 personil dengan instrumen drum (zuma), klarinet, triangle (alat musik segi tiga), simbal (zil), dan keteldrum perang (khos dan naqqara/genderang). Alat-alat ini dibawa di atas punggung unta.

Sebuah Band Janissary dari Kerajaan Ottoman
kontribusi dunia islam dalam musik
Sebuah Band Janissary dari Kerajaan Ottoman

Orang Eropa menjumpai Janissary Band baik pada saat perang dan tidak perang. Pada berbagai penerimaan kedutaan, penggunakan instrumen Turki-Ottoman menjadi ‘bergaya’ pada saat itu di Eropa. Mereka menyebutnya “Turquire Fashion” atau gaya Turki. Pasukan Janissary pernah dikalahkan di gerbang Vienna pada tahun 1683 dan ‘meninggalkan’ instrumen musik mereka di sana. Ini adalah kejadian yang memicu atas kebangkitan band militer Eropa. Bahkan band militer prancisnya Napoleon Bonaparte menggunakan instrumen musik perang Ottoman seperti zil dan keteldrum. Konon kemenangan Napoleon pada perang Austerlitz (1805) merupakan turut andil dari pengaruh psikologis yang disebabkan oleh riuh kegaduhan musik perang.

Sumber: National Geographic

Tinggalkan Komentar