Matā, Ayna, Ayyāna, Kayfa, Annā, Kam, dan Ayyun Istifhamiyyah

Sebelumnya, kita sudah mengulas ‘مَنْ’ dan ‘مَا’ istifhamiyyah. Pada artikel ini, kita akan membahas sisa dari isim istifham yakni:

Pembahasan tentang ‘مَتَى’

‘مَتَى’ adalah dharaf sekaligus isim istifham yang digunakan untuk menanyakan tentang waktu, baik masa lalu (ماضي) dan masa depan (مستقبل).

:نحو

مَتَى أَتَيْتَ؟

Kapan kamu sudah datang?

مَتَى تَذْهَبُ؟

Kapan kamu akan pergi?

مَتَى نَصْرُ اللّٰهِ

Kapan pertolongan Allah itu (datang)? (Al-Baqarah: 214)

‘مَتَى’ juga bisa menjadi isim syarat yang men-jazm-kan dua fiil, seperti contoh syair ber-bahr wafir berikut ini:

أَنَا ابْنُ جَلَا, وَطَلَّاعُ الثَّنَايَا     مَتَى أَضَعِ الْعِمَامَةَ تَعْرِفُوْنِيْ

Aku adalah ibn Jala (orang populer) dan orang yang sangat pengalaman mengatur perkara, kapanpun aku letakkan imamah maka kalian akan mengetahuiku.

Pembahasan tentang ‘أَيْنَ’

‘أَيْنَ’ adalah dharaf sekaligus isim istifham yang digunakan untuk menanyakan tentang tempat yang di dalamnya ditempati oleh sesuatu.

:نحو

أَيْنَ أَخُوْكَ؟

Di mana saudaramu?

أَيْنَ كُنْتَ؟

Di mana kau berada?

أَيْنَ تَتَعَلَّمُ؟

Di mana kamu belajar?

Jika ‘أَيْنَ’ di dahului oleh ‘مِنْ’ maka ia menjadi pertanyaan tentang tempat kemunculan sesuatu.

:نحو

مِنْ أَيْنَ قَدِمْتَ؟

Dari mana kamu datang?

Jika ‘أَيْنَ’ mengandung makna syarat maka ia men-jazm-kan dua fiil serta dipertemukan dengan ‘مَا’ (ma az-zaidah li at-taukid), misalnya yaitu firman Allah swt:

أَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ

Di manapun kau berada maka kau ditemukan oleh kematian. (An-Nisa’: 78)

atau bisa juga tanpa ma zaidah, seperti:

أَيْنَ تَجْلِسْ أَجْلِسْ

Di manapun kau duduk maka aku duduk

Pembahasan ‘أَيَّانَ’

‘أَيَّانَ’ adalah dharaf sekaligus isim istifham yang memiliki makna saat dan waktu. Makna tersebut mendekati makna ‘مَتَى’.

Namun, ‘أَيَّانَ’ digunakan hanya untuk menanyakan tentang masa depan (zaman mustaqbal).

:نحو

أَيَّانَ تُسَافِرُ؟

Kapan kamu akan berpergian?

Kebanyakan ‘أَيَّانَ’ digunakan dalam posisi tafkhim dan tahwil (التفخيم و التهويل) atau mengagungkan dan menakut-nakuti, seperti firman Allah swt:

يَسْئَلُوْنَ أَيَّانَ يَوْمُ الدِّيْنِ

Mereka bertanya, “Kapankah hari pembalasan itu?” (Adz-Dzaariyaat: 12)

Terkadang ‘أَيَّانَ’ mengandung makna syarat sehingga ia men-jazm-kan dua fiil, baik ‘أَيَّانَ’ dipertemukan dengan ma zaidah atau tidak.

:نحو

أَيَّانَ مَا تَجْتَهِدْ تَنْجَحْ

atau

أَيَّانَ تَجْتَهِدْ تَنْجَحْ

Kapan pun kau rajin maka kau sukses

Pembahasan tentang ‘كَيْفَ’

‘كَيْفَ’ adalah isim istifham yang digunakan untuk menanyakan tentang keadaan sesuatu.

:نحو

كَيْفَ أَنْتَ؟

Bagaimana kamu?

Pertanyaan di atas sama maksudnya dengan:

عَلَي أَيَّةِ حَالَةٍ أَنْتَ؟

Dalam keadaan yang mana kamu?

Terkadang ‘كَيْفَ’ digunakan untuk menunjukkan makna ta’ajjub seperti firman Allah swt:

كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ باللّٰهِ

Bagaimana bisa kalian mengkufuri Allah?! (Al-Baqarah: 28)

atau terkadang ‘كَيْفَ’ digunakan untuk menunjukkan makna nafi dan inkar, seperti:

فَكَيْفَ ءَاسَىٰ عَلَى قَوْمٍ كَافِرِيْنَ

Lalu bagaimana aku bersedih hati atas kaum yang kafir? (Al-A’raaf: 93)

Terkadang juga ‘كَيْفَ’ digunakan untuk menunjukkan makna tawbikh (menghinakan/التوبيخ), seperti:

وَكَيْفَ تَكْفُرُوْنَ وَأَنْتُمْ تُتْلٰى عَلَيْكُمْ ءَايَاتُ اللّٰهِ وَفِيْكُمْ رَسُوْلُهُ

Bagaimana bisa kalian kufur sedangkan kalian dibacakan atas kalian ayat-ayat Allah dan bersama kalian terdapat RasulNya (Ali Imraan: 101)

‘كَيْفَ’ adalah isim mabni ala al-fath sedangkan mahall min al-i’rab-nya bisa bermacam tergantung posisinya, antara lain:

  1. Khabar

 ‘كَيْفَ’ menjadi khabar ketika jatuh sebelum sesuatu yang membutuhkannya.

:نحو

كَيْفَ أَنْتَ؟

Bagaimana keadaanmu?

كَيْفَ كُنْتَ؟

Bagaimana keadaanmu?

  1. Maf’ul kedua dhanna wa akhwatuha

‘كَيْفَ’ menjadi maf’ul kedua dhanna wa akhwatuha karena secara asal ia adalah khabar.

:نحو

كَيْفَ تَظُنُّ الْأَمْرَ؟

Bagaimana kamu menyangka perkara itu?

  1. Hal

‘كَيْفَ’ menempati tempat nashab sebagai hal jika jatuh setelah sesuatu yang tidak membutuhkannya (berupa jumlah).

:نحو

كَيْفَ جَاءَ خَالِدٌ؟

Bagaimana Khalid datang?

  1. Maf’ul Muthlaq

‘كَيْفَ’ menempati tempat nashab sebagai maf’ul muthlaq, seperti:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيْلِ

Apakah kamu tidak melihat dengan bagaimana Tuhanmu lakukan kepada pasukan gajah? (Al-Fil: 1)

Terkadang ‘كَيْفَ’ mengandung makna syarat sehingga ia men-jazm-kan dua fiil, baik ‘كَيْفَ’ dipertemukan dengan ma zaidah atau tidak.

:نحو

كَيْفَمَا تَكُنْ يَكُنْ قَرِيْنُكَ

Bagaimanapun keadaan kamu maka temanmu pun ada

كَيْفَ تَجْلِسْ أَجْلِسْ

Bagaimanapun kamu duduk maka aku pun duduk

Dalam dua madzhab besar Nahwu, terdapat perbedaan yakni: madzhab Kuffah membaca jazm dua fiil yang jatuh setelah kayfa syarthiyyah sedangkan madzhab Bashrah menjadikan kayfa sebagai syarat yang tidak men-jazm-kan sehingga kedua fiil tetap dibaca rafa’.

Pembahasan tentang ‘أَنَّى’

‘أَنَّى’ adalah isim istifham dengan makna yang sama dengan ‘كَيْفَ’.

:نحو

أَنَّى تَفْعَلُ هٰذَا وَقَدْ نَهَيْتُ؟

Bagaimana kamu melakukan ini dan sungguh aku telah melarangmu?

Arti contoh di atas sama dengan: كَيْفَ تَفْعَلُ هٰذَا وَقَدْ نَهَيْتُ؟

‘أَنَّى’ juga bisa berarti ‘مِنْ أَيْنَ’ (dari mana), seperti firman Allah swt:

يٰمَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هٰذَا

Hai Maryam, dari mana kah ini engkau peroleh? (Ali Imran: 37)

Ketika ‘أَنَّى’ mengandung makna syarat maka ia men-jazm-kan dua fiil dan ‘أَنَّى’ menjadi dharaf li al-makan.

:نحو

أَنَّى تَجْلِسْ أَجْلِسْ

Di manapun kamu duduk, aku duduk.

Pembahasan tentang ‘كَمْ’

‘كَمْ’  adalah isim istifham yang digunakan untuk menanyakan tentang bilangan yang ditentukan.

نحو

كَمْ مَشْرُوْعًا خَيْرِيًّا أَنْتَ؟

Berapa proyek amal yang Anda miliki?

Dilihat dari mahall min al-i’rab, ‘كَمْ’ bisa menempati mubtada’, maf’ul (maf’ul bih, maf’ul muthlaq dan maf’ul fih), majrurah karena mudlaf ilaih, majrurah karena kemasukan huruf jarr.

‘كَمْ’ mewajibkan adanya mumayyiz (isim yang menjadi tamyiz) berupa isim nakirah, mufrad dan dibaca nashab sebagaimana ‘adad murakkab atau ‘عِشْرُوْنَ’.

:نحو

كَمْ كِتَابًا عِنْدَكَ؟

Berapa kitab yang kamu miliki?

كَمْ مَرْأَةً زَوَّجْتَ؟

Berapa istri yang telah kau nikahi?

Namun jika ‘كَمْ’ didahului huruf jarr maka boleh membaca mumayyiz dengan i’rab nashab atau jarr.

:نحو

بِكَمْ دِرْهَمًا اشْتَرَيْتَ ثَوْبَكَ؟

بِكَمْ دِرْهَمٍ اشْتَرَيْتَ ثَوْبَكَ؟

Dengan berapa dirham kamu membeli bajumu?

‘دِرْهَمٍ’ dibaca jarr karena adanya ‘مِنْ’ yang tersimpan

Jika antara ‘كَمْ’ dan mumayyiz dipisah oleh fiil mutaaddi maka harus membaca jarr mumayyiz dengan huruf jarr ‘مِنْ’, contoh:

سَلْ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ كَمْ اٰتَيْنٰهُمْ مِّنْ اٰيَةٍ ۢ بَيِّنَةٍۗ

Tanyakan kepada Bani Israil, berapa banyak bukti nyata (kebenaran) yang telah Kami anugerahkan kepada mereka? (Al-Baqarah: 211)

Boleh membuang mumayyiz jika memang sudah maklum, contoh:

قَالَ كَمْ لَبِثْتَ

Allah bertanya: “Berapa lama kau tinggal?” (Al-Baqarah: 259)

Selain ‘كَمْ’ istifhamiyah, ada juga jenis ‘كَمْ’ lain yaitu ‘كَمْ’ khabariyah yang sama-sama harus berada di awal kalam. ‘كَمْ’ Khabariyyah adalah kam yang menunjukkan arti banyaknya bilangan yang tidak ditentukan jenis dan kadarnya. ‘كَمْ’ Khabariyyah memiliki dua wajah tamyiz/mumayyiz, yaitu: jama’ yang dibaca jarr, dan mufrad yang dibaca jarr, sebagaimana mumayyiz pada bilangan/adad mufrad ‘مِائَةٌ’ dan ‘عَشْرَةٌ’.

:نحو

كَمْ فُقَهَاءَ لَقَيْتُ

كَمْ فَقِيْهٍ لَقَيْتُ

Banyak orang ahli fiqh saya temui

Pembahasan mengenai ‘أَيٌّ’

‘أَيٌّ’ adalah isim istifham untuk menanyakan penentuan sesuatu.

:نحو

أَيُّ رَجُلٍ جَاءَ؟

Lelaki manakah yang datang?

أَيَّةُ امْرَأَةٍ جَاءَتْ؟

Wanita manakah yang datang?

أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هٰذِهِ إِيْمَانًا

Siapa di antara kalian yang surat baru turun ini menambahinya yakni imannya (At-Taubah: 124)

Ketika ‘أَيٌّ’ mengandung makna syarat maka ia men-jazm-kan dua fiil.

أَيُّ رَجُلٍ يَسْتَقِمْ يَنْجَحْ

Lelaki manapun yang beristiqomah maka ia akan sukses

Terkadang ‘أَيٌّ’ menunjukkan makna al-kamal (kesempurnaan) sehingga ‘أَيٌّ’ disebut dengan ‘أَيٌّ الْكَمَالِيَّةْ’. Ketika ayyu al-kamaliyyah jatuh setelah isim nakirah maka ia menjadi shifat baginya dan ketika ayyu al-kamaliyyah jatuh setelah isim ma’rifat maka ia menjadi hal.

Contoh ayyu al-kamaliyyah menjadi shifat:

خَالِدٌ رَجُلٌ أَيُّ رَجُلٍ

Khalid adalah lelaki yang lelaki banget

Maksudnya yaitu ia sempurna dalam sifat kelaki-lakiannya.

Contoh ayyu al-kamaliyyah menjadi hal:

مَرَرْتُ بِعَبْدِ اللّٰهِ أَيَّ رَجُلٍ

Aku berjalan melewati Abdillah yang sempurna kelaki-lakiannya (laki banget).

‘أَيٌّ’ hanya digunakan dalam bentuk mudlafah dan ‘أَيٌّ’ menyesuaikan kepada maushuf-nya dalam hal tadzkir dan ta’nits karena disamakan dengan isim-isim shifat yang musytaqah. ‘أَيٌّ’ boleh tidak menyesuaikan dalam tadzkir dan ta’nits. ‘أَيٌّ’ tidak perlu menyesuaikan dengan maushufnya di selain tadzkir dan ta’nits.

Terkadang ‘أَيٌّ’ jatuh setelah huruf nida’ bagi munada bersama al dan disambungkan dengan ‘هَا’ at-tanbihiyyat.

:نحو

يَا أَيُّهَا النَّاسُ

Wahai Manusia… (An-Nisa’: 1)

‘أَيٌّ’ juga bisa menjadi isim maushul sebagaimana yang telah kita bahas di Bab Isim Maushul.

‘أَيٌّ’ adalah isim mu’rab di semua keadaannya dengan tiga harakat kecuali jika ‘أَيٌّ’ menjadi maushuliyyah yang menjadi mudlafah dan bagian awal shilah-nya dibuang sebagaimana yang sudah kita bahas di bab sebelumnya.

Tinggalkan Komentar