Mondok itu Menyeramkan atau Menyenangkan?

Mondok itu Menyeramkan atau Menyenangkan? illustrated by Mudhofar, written by Luthfi Nurfatihah
Ilustrasi “Mondok itu Menyeramkan atau Menyenangkan?”

Mondok, satu kata yang menurut sebagian orang menakutkan namun bagi sebagian orang lainnya sangat menyenangkan.

Bagi seseorang yang beranggapan bahwa mondok itu sangat menakutkan adalah ketika mereka menganggap pondok itu seperti penjara, sangat disiplin, tidak bisa hidup bebas, tidak tahu dunia luar, jauh dari rumah dan keluarga, mengaji terus tanpa henti dan masih banyak lagi.

Dan bagi orang yang mengatakan mondok itu sangat menyenangkan adalah ketika mereka bisa merasakan kekeluargaan dalam lingkungan pondok, mempunyai banyak teman, bersama-sama merasakan suka dan dukanya hidup jauh dari keluarga, mendapat pembelajaran yang mungkin tidak bisa didapat selain di pondok dan lain sebagainya.

Kedua anggapan itu akan sesuai dengan diri kita sendiri ketika menjalani kehidupan di pondok pesantren, apabila kita bisa ikhlas dalam menjalaninya pasti yang akan menjadi jawaban ketika ditanya mondok itu menyeramkan atau menyenangkan? Jawabannya adalah menyenangkan.

Setidaknya itu adalah jawaban yang saya temukan sendiri setelah saya bimbang ketika mendapati aturan yang mengharuskan mondok bagi mahasiswa baru UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto.

Awalnya, saya berpikir bahwa ‘mondok itu menyeramkan’. Namun, pemikiran tersebut sedikit demi sedikit berubah setelah mau tidak mau saya menjalani kehidupan dalam pondok pesantren yang berbeda dari kebiasaan saya sebelumnya.

Di sana, saya mendapati ketakutan saya hanya muncul karena sedikit pengetahuan saya mengenai pondok pesantren. Justru, banyak hal positif dan menyenangkan terjadi membentuk sebuah pengalaman baru ketika saya menjalani kegiatan-kegiatan pondok pesantren seperti mengaji bahkan saat berinteraksi dengan teman-teman santri lainnya. Yang pada intinya hal-hal tersebut menyisakan pemikiran akhir saya bahwa ‘mondok itu menyenangkan’.

Banyak pelajaran yang didapat ketika kita menuntut ilmu di pondok pesantren, salah satunya yaitu ilmu sosial. Lingkungan pondok itu bisa diibaratkan sebagai miniatur dari lingkungan masyarakat, di mana kamar-kamar bisa dikatakan sebagai sebuah keluarga, kamar kanan, kiri, dan depan sebagai tetangga dan pastinya pengurus pondok sebagai RT, RW, maupun lurah. Dengan begitu kita bisa belajar bersosialisasi pada lingkungan pondok sebelum nanti terjun langsung di lingkungan masyarakat.

Sebagaimana lingkungan sosial masyarakat yang kompleks, di dalam lingkungan pondok juga terdapat hal-hal negatif yang bisa saja terjadi. Santri baru hendaknya tidak kaget dan justru lebih waspada dan aware akan hal ini, sehingga santri tidak melakukannya atau menjadi korban dari hal-hal tersebut. Hal-hal tersebut di antaranya yaitu:

Pertama adalah ghosob atau memakai barang seseorang tanpa izin walaupun tidak ada niatan untuk memilikinya, barang yang sangat terkenal dalam ghosob adalah sandal.

Kedua yaitu hilangnya baju-baju saat dijemur entah terbawa angin atau tertukar oleh santri lain.

Ketiga yaitu pinjam meminjam, saat tidak ada baju yang harus kita pakai maka langkah yang harus dilakukan yaitu mencari pinjaman ke berbagai kamar, namun kerap kali ‘peminjam’ lupa untuk mengembalikan barang pinjamannya.

Hal di atas adalah sebagian kecil dari kehidupan di pondok pesantren, masih banyak yang dapat dirasakan saat menjalani kehidupan di pondok. Sangat menyenangkan bisa merasakan pengalaman baru dengan menjadi seorang santri. Berangkat dengan air mata karena harus hidup tanpa orang tua, keluar juga dengan air mata karena harus meninggalkan tempat dengan banyak kenangan.

Penulis: Luthfi Nurfatihah – Mahasiswi PGMI di UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto dan Santri di PP Manbaul Husna. Ikuti Instagramnya di @_nrfth.lnf.

Tinggalkan Komentar